Komponen utama agama Islam adalah akhlak, jika seseorang memiliki akhlak yang lebih baik daripada akhlakmu, berarti dia lebih tinggi derajatnya daripada dirimu dalam hal agama
AL-AKHLAK الأخلاق adalah kata dalam bahasa Arab dari kata al-khuluq. Akhlaq/akhlak, adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mengistilahkan sebuah karakter dan tabiat dasar penciptaan manusia.
Kata ini terdiri atas huruf خ – لا – ق yang biasa digunakan untuk menghargai sesuatu. Ar-Rogib mengatakan, “Pada dasarnya al-kholqu, al-khulqu dan al-khuluqu memiliki makna yang sama. Namun al-khuluqu lebih dikhususkan untuk bentuk yang dapat dilacak panca indra. Sedangkan al-khuluqu dikhususkan untuk kekuatan dan tabiat yang bisa ditangkap oleh mata hati.
Allah ﷻ berfirman dalam QS Al Qalam 4:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS: Al-Qalam:4)
Akhlak mulia di dalam ayat ini sebagaimana dikemukakan Ath-Thobari, bermakna tata krama tinggi. Yaitu tata krama Al-Quran yang telah Allah tanamkan di dalam jiwa Rasul-Nya.
Tata krama ini tercermin melalui Islam dan ajarannya. Makna ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas yang ketika itu menjabarkan makna dari Surat Al-Qalam 4.
Dengan berkata, ‘yaitu memeluk keyakinan yang agung dalam hal ini ialah Islam.’ Mujahid mengatakan hal serupa dalam menafsirkan firman Allah ﷻ. Ia berkata, “yaitu beragama yang agung.”
Diriwayatkan juga Ketika Sayyidah ‘Aisyah r.a. ditanya Qatadah mengenai Akhlak Nabi ﷺ. ‘Aisyah menjawab, “Akhlak Rasulullah ﷺ adalah Al-Quran.” (HR: Ahmad; hadits shahih).
Qatadah berkata, ” ‘Aisyah mengatakan bahwa akhlak itu seperti apa yang terekam di dalam Al-Quran.”
Imam Junaid r.a menerangkan bahwa Akhlak Rasulullah ﷺ dikatakan amat terpuji karena Beliau mengedepankan ajaran Allah ﷻ. Di samping itu, ada juga ulama yang berpendapat bahwa Akhlak Rasulullah ﷺ dikatakan terpuji karena Beliau memiliki potensi semua budi pekerti yang baik.
Hal ini tersirat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu-Hurairah RA:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR: Buhari dan Ahmad; hadits shahih)
Mawardi r.a berkata bahwa lafazh ‘وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ’ dapat dipahami memiliki 3 makna berikut ini.
Pertama, adab yang diagungkan Al-Quran. Kedua, agama Islam dan ketiga, budi luhur, makna inilah yang lebih mendekati lahiriyah makna ayat.
Mengenai hal ini, Fairuzabadi berkata, “Ketahuilah! Komponen utama agama Islam adalah akhlak. Jika seseorang memiliki akhlak yang lebih baik daripada akhlakmu, berarti dia lebih tinggi derajatnya daripada dirimu dalam hal agama. Akhlak yang baik ini berdiri di atas empat fondasi: yaitu kebesaran, keberanian, keadilan dan kesucian.”
Fairuzabadi juga menyebutkan bahwa keempat fondasi tersebut saling menyeru, sehingga dapat membawa sang pemilik akhlak untuk menerapkan akhlak yang mulia lainnya. Dengan kesabaran, misalnya seseorang dapat melatih diri untuk ditempa menahan emosi, menyingkirkan bahaya, bersikap waspada dan hati-hati, lemah lembut dan santun serta tidak tergesa-gesa dan sembrono.
Disebutkan juga bahwa sikap tidak berlebihan dalam segala hal merupakan asas utama dari keempat akhlak mulia ini.
Definisi menurut terminologi
Menurut Al-Jahizh, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang selalu mewarnai tindakan dan perbuatannya. Tanpa pertimbangan lama atau keinginan.
Dalam beberapa kasus, akhlak ini sangat meresap hingga menjadi bagian dari watak dan karakter seseorang. Namun dalam kasus yang lain akhlak ini merupakan perpaduan dari hasil proses latihan seseorang.
Menurut Ibnu Taymiyah, akhlak berkaitan erat dengan iman karena, karena iman terdiri atas yakin Allah adalah satu-satunya pencipta, yang patut disembah, cinta kepada Allah melebihi segala cinta, yang akan menghantarkan hamba pada satu tujuan yakni menggapai ridlo Allah..*/Hariono Madari, (Sumber: Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, Pena Pundi Aksara).