الحمد لله حمد الشاكرين ، وأثني عليه ثناء الذاكرين ، وأشهد أن لا إله إلا الله إله الأولين والآخرين ، وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله سيد ولد آدم أجمعين ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين ،أما بعد :
Pemimpin – dengan sekecil apapun wilayah kepemimpinannya – akan mempertanggung-jawabkannya kelak di akherat. Sudah menjadi hal yang lumrah, bahwa setiap pemimpin dalam memutuskan keputusan besar, mendengar masukan dari penasehat dan orang-orang dekatnya,agar keputusannya tepat.
Keputusan yang tepat adalah keputusan yang diridhai dan dicintai oleh Allah, sehingga jika Allah cinta maka akan menolong pemimpin tersebut sukses dunia akhirat. Sungguh seorang pemimpin sangat membutuhkan penasehat yang memberi masukan tentang keputusan yang diridhai oleh Rabbul’Alamin.
Sosok penasehat yang tidaklah berbicara kecuali dengan dasar Kitabullah dan Sunnah Nabiصلى الله عليه وسلم . Mereka adalah profil pendamping terbaik,berilmu dan beramal. Dengan penuh adab mereka bermusyawarah, dengan etika tinggi mereka mengingatkan, dengan kesabaran yang baik mereka mendampingi. Akhlak mulia menghiasi ucapan dan perbuatan mereka,terlebih lagi di zaman fitnah (kerusakan), mereka tahu bahwa di zaman fitnah :
ليس كل ما يعلم يُقال ، ولا كل ما يريد يُفعل
“Tidak setiap yang diketahui, harus diucapkan, dan tidak setiap yang diinginkan harus dilakukan”
semua dengan pertimbangan yang matang. Inilah sifat-sifat mereka!
Umar bin Khathab bermusyawarah dengan Al Qurra’
Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan dalam Shahih-nya, sebuah atsar:
وكان القراء أصحاب مشورة عمر كهولا كانوا أو شبانا، وكان وقّافا عند كتاب الله عز وجل.
“Dan dahulu orang-orang yang diajak musyawarah Umar رضي الله عنه mereka adalah Al-Qurra`, baik tua maupun muda, dan mereka benar-benar berpegang teguh dengan Al-Qur`an“
Dijelaskan oleh Ibnu Hajar رحمه الله bahwa makna Al-Qurra‘ adalah ulama shli Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ahli ibadah.
وشاور علياً وأسامة فيما رمى به أهلُ الإفك عائشة
“Dan Nabi صلى الله عليه وسلم bermusyawarah dengan Ali dan Usamah رضي الله عنهما dalam masalah berita dusta yang disebarkan oleh ahlul ifki tentang ‘Aisyah رضي الله عنها “
Kedua atsar ini disampaikan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya ketika beliau menyebutkan :
كتاب: «الاعتصام بالكتاب والسنة»
“Berpegang teguh dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah”
Apa artinya ini?
Disebutkannya kedua atsar ini dalam bab tentang “Berpegang teguh dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah”, hal ini menunjukkan bahwa bermusyawarah dengan orang-orang yang berilmu syar’i termasuk bentuk berpegang teguh dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Sebab di tengah masyarakat, merekalah yang paling tahu tentang kedua wahyu tersebut. Di tengah masyarakat, merekalah yang menjelaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka dari itu bermusyawarah dengan mereka hakekatnya merupakan bentuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang merupakan solusi di dalam menghadapi fitnah.
Kemudian, marilah kita simak bersama dua buah riwayat Imam Muslim di bawah ini,
Suatu hari Amirul Mukminin (Umar bin Al Khattab) رضي الله عنه bertemu dengan نافع بن عبد الحارث di daerah ‘Usfan (saat itu Umar tengah mempercayakan kepemimpinan Mekah kepada Nafi’).
فقال : من استعملت على أهل الوادي ؟ فقال : ابن أبزى . قال :
ومَنْ ابن أبزى ؟! قال : مولى من موالينا ! قال : فاستخلفت عليهم مولى ؟
قال : إنه قارئ لكتاب الله عـز وجل ، وإنه عالـم بالفرائض . قال عمر
:أما إن نبيكم صلى الله عليه وسلم قد قال : إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما ،
ويضع به آخرين.
“Umar bertanya, “Siapa yang engkau tunjuk menjadi pemimpin daerah lembah?”
Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.”
Umar bertanya, “Siapa Ibnu Abza?”
Nafi’ menjawab, “Seorang bekas budak dari budak-budak kami yang telah dimerdekakan.”
Umar bertanya kembali, “Engkau telah memberikan kepercayaan tersebut kepada seorang bekas budak [?]“
Nafi’ mengatakan, “Sesungguhnya dia adalah seorang Ahlul-Qur’an (yang hafal, paham dan mengamalkannya) dan pakar ilmu Syari’at Islam”
Kemudian Umar berkata, “Sungguh Nabi kalian صلى الله عليه وسلم telah bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat sebagian manusia dengan Al-Qur`an dan merendahkan sebagian yang lain karena sebab sikap yang salah terhadap Al-Qur`an.” (Shahih Muslim: 817).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bermusyawarah dengan Abu Bakar dan Umar
Adapun riwayat yang kedua yang diriwayatkan pula oleh Imam Muslim adalah sebuah kisah yang agak panjang dari Ibnu Abbas, yang ringkasnya sebagai berikut :
Ketika itu Kaum Muslimin menawan beberapa tawanan perang, kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajak musyawarah 2 orang sahabat yang terbaik. Terbaik dari sisi ilmunya dan terbaik dari sisi amalnya, paling berilmu dan paling bertakwa. Siapa 2 orang tersebut? Mereka adalah : Abu Bakar dan Umar رضي الله عنهما.
Maka, sungguh indah tafsiran Ibnu Abbas -yang beliau dikenal sebagai pakar tafsir di kalangan shahabat- ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala :
وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ} (آل عمران: 159)
“…dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…” (QS. Al Imran: 159)
Kata beliau: “yaitu : (Musyawarahlah dengan) Abu Bakar dan Umar رضي الله عنهما“.
Mengapa demikian? Karena kedua Sahabat tersebut adalah orang yang paling berilmu dan bertakwa di tengah Umat Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
Umar رضي الله عنه memilih 6 sahabat Nabi untuk memilih khalifah
Sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya, bahwa Umar رضي الله عنه ketika menyampaikan pandangan tentang siapakah yang paling berhak menjadi tim formatur pemilihan Khalifah sepeninggal beliau, beliau berkata :
ما أجد أحق بهذا الأمر من هؤلاء النفر أو الرهط الذين توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو عنهم راض فسمى علياً وعثمان والزبير وطلحة وسعداً وعبد الرحمن
“Tidaklah saya dapatkan orang yang lebih berhak mengurus masalah ini daripada beberapa orang atau sekelompok orang yang Rasulullah صلى الله عليه وسلم wafat dalam keadaan ridho kepada mereka, kemudian beliau menyebut nama : Ali, ’Utsman Az-Zubair, Thalhah, Sa’ad dan Abdur Rahman رضي الله عنهم “
Dari atsar ini dapat kita ketahui bahwa bagaimana Umar menilai 6 orang ini adalah orang-orang yang paling berhak mengurus masalah besar, masalah politik negara. Yaitu memilih Khalifah sepeninggal beliau. Mereka orang-orang yang termasuk paling berilmu dan bertakwa. Mereka ini yang walaupun jumlahnya hanya 6 orang, namun dinilai sudah cukup mewakili jumlah Shahabat, yang ketika itu jumlahnya lebih dari 10 ribu orang.
Perhatikan Umar رضي الله عنه -yang merupakan orang kedua terbaik diantara seluruh para sahabat- tidaklah mengambil pendapat seluruh rakyat untuk menyelesaikan masalah besar Umat tersebut. Beliau memilih 6 orang saja yang memiliki kriteria termasuk paling berilmu dan paling bertakwa.
Demikian pentingnya permasalahan ini,hingga Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya menyusun sebuah bab :
باب بطانة الإمام و أهل مشورته
“Bab orang dekat seorang pemimpin dan orang yang diajak musyawarah olehnya”.
Penutup
Demikianlah beberapa atsar yang menggambarkan kedudukan tinggi ulama dan orang-orang yang berilmu di tengah masyarakat, yang dengan taufik Allah kemudian peran mereka, tercapailah kejayaan umat ini.
Semoga Allah merahmati Imam Malik, beliau berkata :
لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها
“Tidak akan bisa baik akhir umat ini, kecuali dengan sesuatu yang menyebabkan baik awal dari Umat ini (Salaf)”
نسأل الله -عز وجل- أن يرزقنا وإياكم العلم النافع والعمل الصالح، وأن يجعلنا وإياكم هداة مهتدين، ويغفر لنا ولكم ولجميع المسلمين.
و صلى الله و سلم على نبينا محمد وآخــر دعــوانا أن الحـــمد للــه رب العالمــين.
***
[Diolah dari beberapa referensi, terutama: Madarikun Nazhor fis Siyasah dan Sittu Duror karya Syaikh Abdul Malik Ar Ramadhani serta As-Siyasah Asy-Syar’iyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
—
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.Or.Id