wakaf

Sahabat Nabi yang Pertama Kali Melakukan Wakaf

Menurut para ulama, orang yang pertama kali melakukan wakaf dalam Islam adalah Nabi Saw. Beliau mendapatkan sedekah tanah dari Mukhairiq, lalu beliau mewakafkan tanah tersebut untuk para fuqara dan masakin, dan semua kaum muslimin yang membutuhkan. Ini terjadi pada tahun ketiga hijriyah, setelah perang Uhud.

Sementara dari kalangan sahabat, maka yang pertama kali melakukan wakaf adalah Sayidina Umar bin Al-Khaththab. Beliau mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, dan beliau mewakafkan tanah tersebut untuk diberikan pada kepentingan umum setelah beliau mendapatkan saran dari Rasulullah Saw. Ini terjadi pada tahun ketujuh hijriyah setelah perang Khaibar.

Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari berikut;

عن عمرو بن سعد بن معاذ قال: سألنا عن أو ل حبس في الإسلام فقال: المهاجرون: صدقة عمر، وقال الأنصار: صدقة رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي أراضي مخيريق التي أوصى بها للنبي صلى الله عليه وسلم فوقفها النبي صلى الله عليه وسلم.

Dari Umar bin Sa’ad bin Mu’adz, dia berkata; Kami bertanya mengenai orang yang pertama kali melakukan wakaf dalam Islam. Sahabat Muhajirin berkata; Yaitu sedekah Umar. Sahabat Anshar berkata; Yaitu sedekah Rasulullah, yaitu berupa tanah milik Mukhairiq yang diwasiatkan untuk Nabi Saw, lalu beliau mewakafkan tanah tersebut.

Kisah Sayidina Umar mewakafkan sebidang tanah di Khaibar tersebut dikisahkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata;

أَصَابَ عُمَرُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَأْمِرُهُ فِيهَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَصَبْتُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ لَمْ أُصِبْ مَالًا قَطُّ هُوَ أَنْفَسُ عِنْدِي مِنْهُ فَمَا تَأْمُرُنِي بِهِ قَالَ إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ أَصْلَهَا وَتَصَدَّقْتَ بِهَا قَالَ فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ أَنَّهُ لَا يُبَاعُ أَصْلُهَا وَلَا يُبْتَاعُ وَلَا يُورَثُ وَلَا يُوهَبُ قَالَ فَتَصَدَّقَ عُمَرُ فِي الْفُقَرَاءِ وَفِي الْقُرْبَى وَفِي الرِّقَابِ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَالضَّيْفِ لَا جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوفِ أَوْ يُطْعِمَ صَدِيقًا غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ فِيهِ

Umar mendapatkan bagian tanah perkebunan di Khaibar, lalu dia datang kepada Nabi Saw dan meminta saran mengenai bagian tersebut. Dia berkata; Wahai Rasulullah, saya mendapat bagian tanah perkebunan di Khaibar, dan saya belum pernah mendapatkan harta yang sangat saya banggakan seperti kebun itu, maka apa yang anda perintahkan mengenai kebun tersebut? Rasulullah Saw kemudian menjawab; Jika kamu mau, peliharalah pohonnya dan sedekahkanlah hasilnya.

Ibnu Umar berkata; Kemudian Umar menyedekahkan tanah tersebut, tidak dijual pohonnya dan hasilnya, tidak diwariskan dan tidak dihibahkan. Ibnu Umar melanjutkan; Umar menyedekahkan hasilnya kepada orang-orang fakir, karib kerabat, pemerdekaan budak, dana perjuangan di jalan Allah, untuk pejuang-pejuang dan untuk menjamu tamu. Dan dia juga membolehkan orang lain untuk mengolah kebun tersebut dan memakan dari hasil tanamannya dengan sepantasnya, atau memberi makan temannya dengan tidak menyimpannya.

BINCANG SYARIAH