Saat ini tengah musim hujan. Hal itu berdampak pada banjir yang melanda beberapa daerah. Kemudian muncul persoalan, apakah air banjir najis?
Sejatinya, air merupakan alat utama bersuci, namun tidak sembarang air yang bisa digunakan bersuci. Kaedah asalnya, air tetap dihukumi suci. Dalam fikih dikenal adagium;
الأصل في الماء الطهور
“Asal mula sifat air adalah suci”.
Terkait karakter air ini, juga disebutkan oleh Allah swt dalam firmannya di surat al-Furqan ayat 47;
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.
Imam Jalaluddin al-suyuthi dalam tafsirnya yang lain, mengatakan;
أخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ المُسَيَّبِ في قَوْلِهِ: ﴿وأنْزَلْنا مِنَ السَّماءِ ماءً طَهُورًا﴾ قالَ: لا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ. وأخْرَجَ ابْنُ أبِي حاتِمٍ، عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ قالَ: إنَّ الماءَ لا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ، يُطَهِّرُ ولا يُطَهِّرُهُ شَيْءٌ، فَإنَّ اللَّهَ قالَ: ﴿وأنْزَلْنا مِنَ السَّماءِ ماءً طَهُورًا﴾ .
“Menurut Abd bin Humaid yang bersumber dari Said bin Musayyib, maksud ayat di atas adalah bahwasanya air tidak bisa dinajiskan oleh sesuatu apapun. Sedang menurut Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, bahwasanya air tidak bisa dinajiskan oleh sesuatu, sebab Allah berfirman dengan menggunakan redaksi super latif (tahur) yang berarti suci mensucikan.” (Al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur, Juz 6 H. 263).
Jadi, sifat air itu suci mensucikan. Sehingga air banjir yang terkadang keruh warnanya pun, masih dihukumi suci, bukan najis. Ini ditegaskan oleh Fuqaha’ Syafi’iyyah yang bernama Syekh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Bafadhal, dalam karyanya beliau mengatakan:
وَلَا يضر تغير بمكث وتراب وطحلب وَمَا فِي مقره وممره
“Perubahan air sebab diamnya air (dalam waktu lama), sebab debu, lumut, dan sebab sesuatu yang menetap dalam tempat menetapnya air dan tempat berjalannya air merupakan hal yang tidak dipermasalahkan” (al-Muqaddimah al-Hadramiyah, Hal. 21)
Dengan demikian air banjir dihukumi suci, bukan najis. Wallahu a’lam bi al-shawab.