Asal Usul Istri Berdiri di Sebelah Kiri Suami

TAK jarang saya ditanya apakah merupakan ketetapan akhlak Islam bahwa seorang istri jika berdiri atau berjalan bersama suaminya maka dia harus di sebelah kirinya. Saya tak langsung menjawab karena memang belum pernah baca dalil tekstual yang dengan jelas menjelaskan seperti itu. Lalu mulailah saya mencari asal muasal tradisi ini.

Rupanya, di jaman dahulu ketika konflik antarsuku atau kabilah merupakan hal biasa, ke mana-mana kaum pria biasa membawa senjata. Tradisi membawa senjata ini sampai kini sebenarnya masih bisa kita saksikan di beberapa desa adat. Senjata itu biasanya dipegang dengan tangan kanan atau diletakkan di pinggang sebelah kanan. Akan sangat mengganggu jika si istri ada di sebelah kanannya saat ada serangan tiba. Maka istri selalu ada di sebelah kiri suami.

Suami yang baik adalah suami yang memproteksi istri, menjaga keamanan istri dari segala gangguan dan ancaman. Suami yang tak becus dengan keamanan isteri adalah suami yang tidak islami. Isteri wajib patuh dan taat pada suami yang peduli dengan keamanan dirinya. Posisikan isteri di posisi aman.

Lalu, bagaimanakah dengan sekarang saat suami tak membawa senjata lagi? Masih haruskah isteri ada di sebelah kiri? Pertanyaan ini memerlukan jawaban dari berbagai sisi baik psikologi, sosiologi, antropologi dan semacamnya. Lho, kok jadi rumit? Ah, tidak juga. Cukup pelajari ilmu kepantasan lalu terapkanlah maka kita akan menjadi pantas menjadi manusia yang pantas.

Ada pertanyaan lagi, yakni bagaimana jika isterinya adalah seorang pesilat atau karateka sementara suaminya seorang yang cenderung penakut. Apakah suaminya yang di sebelah kiri? Sepertinya jawabannya adalah tergantung perintah isteri dan atau tergantung bentuk dan gerak mata si isteri. Ahaa! Suami takut istri, bahaya ini, karena harusnya takut Allah. Salam, AIM.

 

MOZAIK