Misalnya terkait pertanian, pelayaran, dan aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan musim, yaitu perayaan. “Kalau suatu perayaan, kalau memperhitungkan musim harus menggunakan kalender musim,” ujarnya menjelaskan.
Sementara, kalender Hijriyah, lanjutnya, yaitu didasarkan peredaran bulan mengitari bumi. Keuntungannya adalah setiap perubahan dari hari ke hari dapat diketahui.
Perubahan tersebut dapat diketahui dari bentuk dan posisi bulan.
Ia mengungkapkan, kalender berbasis bulan tidak hanya digunakan oleh umat Islam, tetapi juga bagi agama- agama lain. Contohnya, agama Hindu untuk menentukan hari raya Nyepi yang berdasarkan bulan mati. Kemudian, Waisak bagi umat Buddha berdasarkan bulan purnama.
Ia juga menjelaskan, penyebab sering tidak tepat antara kalender Masehi dan Hijriyah setiap tahunnya. Menurut Thomas, perbedaan tersebut disebabkan oleh panjang tahun dari kedua kalender tersebut yang berbeda.
Dalam kalender Masehi, kata Thomas, peredaran bumi mengitari matahari rata-rata selama 365,24, 22 hari sehingga, dibulatkan menjadi 365,24,25 hari. Sedangkan, kalender Hijriyah satu bulannya, yaitu 29,53 hari. Jika dikalikan 12 dalam satu tahun, sekitar 354 hari.
“Jadi, ada perbedaan sekitar 11 hari,” kata dia.