Maroko, negara eksotik di tepi Samudra Atlantik ini 99 persen warganya memeluk Islam. Kunjungan tim Jazirah Islam ke Negeri Al-Mamlaka Al-Maghribiyah diawali dengan melihat cantiknya ibu kota Maroko, Rabat. Kota yang dikenal dengan julukan Seribu Benteng ini memang sungguh memesona.
Kota yang terletak di mulut Sungai Bou Regreg ini sungguh menarik hati. Indah, masyarakat yang ramah, ditambah dengan perpaduan budaya Arab, Prancis, dan Spanyol, yang membuat aura Maroko semakin memikat.
Langkah kaki mengantar tim Jazirah Islam ke daerah Sale, tiga puluh menit dari pusat Ibu Kota Rabat. Di daerah ini terdapat rumah hafiz, tempat para penghafal Alquran. Maroko memang terkenal sebagai negara yang paling aktif dalam melahirkan penghafal Alquran.
Di rumah sederhana yang juga disebut Kuttab ini, sekitar lima puluh anak datang setiap sore untuk belajar menghafal Alquran. Mereka bukan sekadar belajar membaca, tapi juga merapal ingatan akan ayat-ayat suci Alquran. Nama Darul Fath, atau rumah kemenangan, begitu cocok disandingkan dengan anak-anak ini, yang berlomba paling kuat hafalannya.
Ada 2 metode menghafal di Kuttab Darul Fath. Pertama adalah menghafal lembar demi lembar mushaf Alquran. Anak-anak akan mengambil lembaran hafalannya, yang terbagi atas 4 warna: merah, kuning, biru, dan hijau. Anak-anak mampu menghafal 6.666 firman Allah di usia yang sangat muda ini. Berkunjung ke Kuttab Hafidz sungguh menyulut semangat untuk mulai menghafal Alquran.
Metode kedua yang diterapkan di Kuttab Darul Fath untuk menghafal Alquran adalah mengulangi 5 ayat per hari selama minimal 5 kali. Dan ditambah 5 ayat lagi, di hari berikutnya, tidak lupa menyetor hafalan kepada ustaz atau guru agar bisa dikoreksi.
Selain cara tersebut, metode tradisional turun-temurun khas Maroko yang satu ini pun boleh dicoba. Menulis ayat suci Alquran dengan tinta dan pena bambu di atas lauh atau sebilah papan. Menulis dipercaya dapat memperkuat hafalan, karena kita menggunakan semua indra saat melakukannya. Setiap apa yang ditulis, dilihat mata, didengar telinga, dan dilafalkan dengan lisan lebih mudah dihafalkan.
Siapa yang menghafal Alquran, Allah pasti akan menjaganya. Begitu janji Allah Azza Wa Jalla.
Rumah hafiz Darul Fath dibuka sejak 2005, dengan jumlah murid yang dapat dihitung dengan jari. Seiring dengan waktu, semakin banyak anak yang tertarik dan mencintai Alquran. Kini hampir semua anak yang tinggal di sekitar area Kuttab ini dapat belajar menghafal Alquran tanpa dikenai biaya.
Kuttab Darul Fath berdiri atas mimpi Muhammad Beloudah, seorang penghafal Alquran yang kehilangan penglihatannya dua puluh lima tahun silam.
“Saya lahir di keluarga yang menghafalkan Alquran. Kakekku mengajar Alquran, orang tuaku juga mengajar di kampung sini yang belajar dengan menggunakan metode lauh,” tuturnya.
Beloudah tidak lahir dalam keadaan buta. Seperti anak biasa, ia pergi ke sekolah, lalu ke masjid untuk menghafal Alquran. Saat libur juga ia menghafal Alquran.
Kemudian setelah berumur 15 tahun, barulah dia punya masalah penglihatan. Dua tahun kemudian, dia tidak bisa melihat, tepatnya pada 1992.
“Saat penglihatan mulai kabur, saya langsung menghafal Alquran selama 2 tahun. Ketika nikmat penglihatan hilang, saya mendapatkan nikmat menghafal Alquran, namun sulit saat tak ada guru saat itu. Ketika belajar sendiri, menghafal 15 juz saja sangat sulit,” ungkapnya.
Huda, istri Beloudah, juga memiliki peran besar di Kuttab Darul Fath. Ia menjadi salah satu guru bagi murid perempuan, di usia yang masih cukup muda, 25 tahun.
Selain mengontrol hafalan anak-anak, mereka menjaga hafalan mereka agar tidak hilang dengan cara muroja’ah atau mengulang minimal 30 menit dalam sehari.
“Menghafal Alquran sebagai istri, perempuan, Alquran yang akan menemukan waktunya sendiri. Ketika menghafal Alquran penting untuk menyisihkan waktu. Pekerjaan rumah pagi selesai, maka sore ada waktu kosong, saya muroja’ah dengan anak-anak perempuan. Mengatur waktu adalah hal yang biasa saat menghafal Alquran. Saran saya untuk para wanita yang ingin menghafal Alquran. Adalah salah satu kewajiban, jangan menjadikan pekerjaan rumah jadi alasan untuk tidak menghafal. Alquran yang akan menemukan waktunya. Pokoknya mudah.”
Satu tips penting lagi dalam menghafal Alquran adalah menjaga kejujuran. Sebab, jika sering berbohong, lunturlah hafalannya.
Jelajah Fez, Kota Spiritual dan Budaya
Maroko, negara di Afrika Utara, dengan cita rasa Timur Tengah. Sentuhan Arab terasa kental di berbagai kota di Maroko. Fez salah satunya. Fez terletak tak jauh dari Rabat, sekitar dua jam perjalanan lewat jalur darat.
Fez dikenal sebagai kota spiritual dan budaya. Uniknya, hampir semua kota di Maroko terbagi atas dua daerah, kota tua dan kota baru. Pasar, biasanya terletak di dalam kota tua atau biasa disebut Medina, dan melewati pintu gerbang besar yang khas seperti ini.
Fez masuk daftar warisan dunia oleh UNESCO karena memiliki pasar tertua di dunia. Fez juga merupakan salah satu daerah urban yang bebas kendaraan bermotor terbesar di dunia.
Bab Boujloud adalah nama gerbang megah, yang mengantar tim Jazirah Islam masuk ke pasar di kota tua Fez. Tempat ini seakan tak pernah redup. Pedagang dan pembeli sekaligus wisatawan, campur aduk menjadi satu. Tak peduli hari kerja atau akhir minggu, pasar ini jarang sepi.
Sebagai pasar yang ada sejak abad ke-9, pasar ini menawarkan banyak hal yang sangat menarik. Makanan khas, baju tradisional, hingga produksi peraknya. Namun satu hal yang paling istimewa adalah kita bisa mendengar lantunan ayat suci Alquran di seluruh penjuru pasar.
Ada sekitar sepuluh anak kecil yang menghafal surat-surat pendek. Mereka adalah anak-anak para pedagang dan dari keluarga kurang mampu, yang tinggal di sekitar Pasar Fez. Para wisatawan yang lewat pun boleh masuk dan mendengarkan mereka mengaji.
Rasanya satu hari tak cukup untuk menjelajah kota tua Fez. Tujuan berikutnya adalah tempat produksi kulit tertua di dunia. Jika Anda bertandang ke sini, bawalah peta atau ajak orang yang sudah tahu arah di dalam pasar agar tidak tersesat. Karena pasar tua Fez juga dikenal sebagai ‘pasar seribu lorong’.
Chouara Tannery, tempat penyamakan kulit tertua dan terbesar di Afrika. Tempat penyamakan kulit kuno ini sudah berusia ribuan tahun dan dikelola turun-temurun oleh kelompok pedagang kulit di Fez.
Produksi kulit dari Fez ini dikirim ke seluruh kota di Maroko dan menjadi buah tangan khas Negeri Maghribi. Menghabiskan hari di Fez, kota yang telah berumur 1.300 tahun, membawa cerita yang tak akan pernah terlupa.