Pertanyaan ini mencuat di publik Timur Tengah, belakangan ini. Republika.co.id, pada kesempatan kali ini mencoba mengutip salah satu pendapat yaitu fatwa yang dikeluarkan Lembaga Fatwa Mesir Dar al-Ifta’.
Menurut lembaga ini, para nabi sejatinya masih tetap hidup di alam kubur mereka. Para nabi itu tentu lebih berhak hidup dibandingkan para syahid, sebagaimana yang disebutkan Alquran Surah Ali Imran ayat 169-171:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Tidak hanya para nabi dan syuhada. Manusia yang sudah meninggalkan alam dunia, sejatinya mereka masih hidup di alam barzakh. Dalam riwayat Bukhari disebutkan, mereka yang meninggal dunia, mendengarkan derap sandal para pengantar jenazah.
Makhluk apapun mendengar suara orang yang meninggal itu, kecuali manusia. Seandainya mereka yang masih hidup mendengar suara almarhum/almarhumah, tentu mereka akan terkejut.
Perhatikan, bagaimana Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa AS ketika Isra’ Mi’raj di langit keenam. Tak hanya sekali, Rasul bertemu berulang kali untuk meminta keringanan perintah shalat.
Atas fakta ini, Imam as-Suyuthi bahkan menulis risalah yang khusus menegaskan argumentasi tentang fakta bahwa Rasulullah SAW dan segenap nabi serta rasul masih hidup. Risalah tersebut berjudul Anba’ al-Adzkiya’ bi Hayat al-Anbiya’.
Dalam kitab al-Muhalla, setelah membeberkan ayat-ayat tentang masih hidupnya para syahid, Ibnu Hazm menegaskan bahwa tak ada perselisihan di antara ulama islam, bahwa para nabi tentu kehormatan dan derajatnya lebih tinggi serta sempurna keistimewaannya di sisi Allah. “Barang siapa menentang fakta ini dia bukanlah Muslim,” kata Ibn Hazm.
Mengutip riwayat Abu Ya’la dan Baihaqi dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,”Para nabi (sejatinya) masih tetap hidup di alam kubur mereka dan mereka melakukan shalat.”
Fakta kuat lain ialah, seperti dinukilkan Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab ar-Ruh yang mengutip pernyataan Abu Abdullah al-Qurthubi, bahwasanya bumi tak akan mampu menyentuh jasad para nabi.
Lihatlah, Rasul juga pernah berkumpul dengan para nabi ketika Isra’ dan Mi’raj, terutama pertemuan dengan Nabi Musa AS. “Para nabi hidup, seperti malaikat, tetapi kita tidak bisa melihat mereka,” tulis Ibnu Hazm.