3 Maret 1924, Runtuhnya Khilafah Islamiah: Bujuk Rayu Yahudi untuk Jual Palestina
DALAM tulisan sebelumnya dijelaskan bagaimana sikap teguh Sultan Abdul Hamid II yang tak mau termakan dengan bujuk rayu Yahudi untuk menjual tanah Palestina. Di bawah ini adalah kelanjutan kisahnya:
Yahudi tidak berputus asa dengan kegagalan mempengaruhi Sultan Abdul Hamid. Pada akhir tahun yang sama, 1901, pendiri gerakan Zionis, Theodor Herzl, mengunjungi Istanbul dan mencoba bertemu dengan Sultan Abdul Hamid. Namun Abdul Hamid enggan bertemu Hertzl dan mengirim stafnya dan menasehati Hertzl dengan mengatakan;
“Aku tidak dapat memberikan walau sejengkal dari tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku, ia adalah hak umat Islam. Umat Islam yang telah berjihad demi bumi ini dan mereka telah membasahinya dengan darah-darah mereka. Yahudi bisa menyimpan uang dan harta mereka. Jika Kekhalifahan Islam ini hancur pada suatu hari, mereka dapat mengambil Palestina tanpa biaya! Tetapi selagi aku masih hidup, aku lebih rela sebilah pedang merobek tubuhku daripada melihat bumi Palestina dikhianati dan dipisahkan dari kehikhilafahan Islam. Perpisahaan tanah Palestina adalah sesuatu yang tidak akan terjadi, Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”
Bayangkan, pendirian seorang pemimpin (Khalifah) ini disampaikan di saat-saat kekuasaannya sedang diambang kehancuran. Bagaimana jika tindakannya itu terjadi di masa-masa beliau masih kuat? Kegagalan Yahudi merayu Sultan Hamid, membuat mereka berkolaborasi dengan Nagara-negara Eropa. Yahudi mendapatkan bantuan Inggris dan Prancis untuk mencapai impian mereka. Semenjak itu, Negara seperti Inggris dan Prancis bersiap menghancurkan pemerintah Islam Utsmaniyyah. Tetapi kata “jihad” masih tetap ditakuti dan membuat seluruh Eropa bergetar.
Maka Inggris kala itu memutuskan ide penggunakan kebijakan pecah belah. Ini dilakukkan Inggris dengan mulai memberi dukungan kelompok-kelompok baru seperti “Turki Muda” yang dimotori oleh Mustafa Kemal Pasha. Kebodohan itu membuat umat tidak tahu lagi mana kawan dan mana lawan. Alih-alih membela Sultan, ia malah terkecoh dan bersekutu dengan penjajah, termasuk Zionis Yahudi yang telah ngebet ingin mencaplok Palestina.
Akhirnya, malam 27 April 1909 Sultan kedatangan tamu tak diundang. Kedatangan mereka di Istana Yildiz menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah terlupakan kaum Muslim seluruh dunia. Perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah, yang mengaku perwakilan kaum Muslim (di bawah tekanan Turki Muda) , ini sedang berusaha menggulingkan Sultan Abdul Hamid II dari kekuasaannya. Senator Syeikh Hamdi Afandi Mali bahkan mengeluarkan fatwa tentang penggulingan tersebut dan akhirnya disetujui oleh anggota senat yang lain.
[baca lanjutan: 3 Maret 1924, Runtuhnya Khilafah Islamiah: Yahudi yang Turut Serta Memecat Sultan]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2363586/bujuk-rayu-yahudi-untuk-jual-palestina#sthash.FHyiNjd1.dpuf