Bukti-Bukti Rasulullah Terjaga dari Dosa

Muhammad bin Abdullah lahir sebagai seorang yatim. Ayahnya meninggal saat ia masih dalam kandungan ibunya, Aminah. Muhammad menghabiskan empat tahun pertamanya bersama ibu susuannya, Halimah Sa’diyah di dusun Bani Sa’ad, jauh dari hiruk-pikuk Makkah. Kampung Bani Sa’ad itu sekarang terletak di desa Asy-Syuhbah sekitar 100 km dari Thaif ke arah barat daya.

Akademisi Ilmu Alquran dan Tafsir, Muhammad Hariyadi dalam tulisan berjudul “Kemaksuman Nabi Muhammad SAW” yang diterbitkan Republikamenjelaskan, Allah SWT menjaga Nabi dan Rasul dari kesalahan dan dosa (maksum), termasuk Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam.

Allah menjaga kemaksuman Rasulullah secara fisik dan nonfisik. Muhammad bin Abdullah terlahir dalam keadaan tersunat, penjagaan atas keterbukaan auratnya di mata masyarakat, terlindungi dari kemaksiatan dan keburukan perilaku kaumnya, dan terjaga fisiknya terjatuh dalam kemungkaran. Itu beberapa bentuk penjagaan Allah secara fisik pada Muhammad.

Sedangkan penjagaan nonfisik dianugerahkan Allah dalam bentuk ketundukan hawa nafsu pada bimbingan illahi, pembersihan hatinya dari sifat tercela melalui pembedahan dadanya, dan kegemaran hatinya pada tradisi khalwat (menyepi), sebagai bentuk persiapan hati dan ibadah sebelum datangnya wahyu pertama.

Sejak kecil, Allah memasukkan jiwa keadilan pada diri Muhammad. Dia tidak ingin mengambil bagian yang bukan haknya. Salah satu contohnya, saat ibu susuan Muhammad, Halimah Sa’diyah ingin memberi air susu dari payudara sebelahnya, Muhammad menutup mulut rapat-rapat. Halimah paham, Muhammad ingin susu yang sebelah untuk saudara sesusuannya, Damrah.

Muhammad kecil tidak pernah menangis, seperti anak kecil lainnya. Dalam buku The Life of Prophet Muhammad karya Abdul Waheed Khan menyebut, tingkah laku dan perbuatan Muhammad sedikit berbeda dari anak seusianya. Muhammad tidak seperti anak seusianya. Dia membenci ketidaktahuan dari kedunguan. Allah menjauhkan Muhammad dari segala kejahatan dan tingkah laku yang tidak pantas.

Ibunda Muhammad, Aminah meninggal saat putranya berusia enam tahun. Kemudian, Muhammad berada di bawah asuhan kakeknya, Abdul Muthalib hingga berusia delapan tahun. Kemudian kakeknya meninggal dunia. Muhammad diasuh paman dari pihak ayahnya, Abu Thalib.

Saat berusia 13 tahun, Muhammad ikut bersama pamannya ke peternakan unta dan untuk berniaga di Syria. Dalam berjalanan, di suatu tempat bernama Busra, kepala suku Kristen melihat tanda-tanda tak biasa dalam diri Muhammad. Dia memberi tahu sukunya ihwal masa depan kenabian Muhammad itu.

Selama berada di bawah pengawasan pamannya, Muhammad mendapat pengetahuan tentang keadilan dalam berbisnis. Sikapnya itu menjadi pembicaraan banyak orang. Beberapa pedagang melibatkan Muhammad sebagai wakil dalam urusan bisnis penting. Karena itu, orang-orang sangat menghormati Muhammad dan biasa memanggilnya Sidiq (yang jujur) dan Al-Amin (yang dapat dipercaya).

Sejak masa kecilnya, Muhammad tidak pernah ambil bagian dalam ritual penyembahan berhala. Dia juga tidak pernah berbohong. Muhammad memiliki kebiasaan yang sangat baik dan karakter yang tidak tercela.