Berikut ini artikel dalil membaca surat Al-Takatsur hingga Al-Nas saat tarawih. Pasalnya, di beberapa masjid dan mayoritas musala, imam shalat Tarawih membaca surat Al-Takatsur hingga Al-Nas di setiap rakaat pertama shalat tarawih dan di rakaat keduanya membaca surat al-Ikhlas.
Fenomena ini sunnah, namun menjadi Khilaful Afdhal bagi mereka yang hafal Al-Qur’an, karena pada dasarnya di Ramadhan ini dianjurkan untuk mengkhatamkan Al-quran.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abi Bakar Syatha menjelaskan;
والحاصل الذي يظهر من كلامهم أن الوارد قراءة القرآن كله بالتجزئة المعلومة، فهو الأولى والأفضل، وأن غير ذلك خلاف الأولى والأفضل، سواء قرأ سورة الإخلاص أو غيرها، في كل الركعات أو في بعضها، الأخير منها أو الأول، وسواء كررها ثلاث أو لا. فما يعتاده أهل مكة من قراءة قل هو الله أحد في الركعات الأخيرة، وقراءة ألهاكم إلى المسد في الركعات الأول، خلاف الأفضل. وكذلك ما يعتاده بعضهم من قراءة جزء كامل في ست عشرة ركعة وتكرير قل هو الله أحد في الباقي. ثم رأيت عبارة بعض المتأخرين ناطقة بما قلناه، ونصها: وفعلها بالقرآن في جميع الشهر بأن يقرأ فيها كل ليلة جزءا أفضل من تكرير سورة الرحمن أو هل أتى على الإنسان أو سورة الإخلاص بعد كل سورة من التكاثر إلى المسد كما اعتاده أهل مصر اه. ومعلوم أن محل ذلك كله إذا كان يحفظ القرآن كله أو يحفظ بعضه. ويقرأ على ترتيب المصحف مع التوالي، فإن لم يحفظ إلا سورة واحدة فقط، الإخلاص أو غيرها، أتى بما حفظه ويبعد في حقه أن يقال أنه خلاف الأفضل والأولى، فتدبر.
“Walhasil dari keterangannya para ulama bisa diambil kesimpulan bahwasanya yang dianjurkan dalam shalat Tarawih adalah membaca Al-quran secara keseluruhan dengan metode Tajzi’ (pembagian bacaan agar bisa khatam) yang sudah jamak diketahui, dan inilah yang lebih utama dan afdol.
Sehingga yang selainnya itu dihukumi khilaful Aula atau afdol, baik membaca surat al-ikhlas atau yang lainnya di setiap rakaat atau di sebagiannya yang akhir atau yang awal, dan juga dari mengulanginya sejumlah tiga kali atau tidak. Maka yang menjadi tradisi penduduk Mekah, yakni mereka membaca surat al-ikhlas di setiap rakaat yang akhir dan membaca surat At-takasur sampai Al-lahab di rakaat pertama ini dihukumi khilaful afdol.
Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian dari mereka, yang mana mereka membaca satu juz secara sempurna di 16 rakaat dan mengulangi membaca surat al-ikhlas di sisanya salat tarawih.
Kemudian aku melihat keterangan dari Sebagian ulama mutaakhirin yang mana mereka berpendapat bahwasanya membaca Al-Qur’an setiap juz di keseluruhan bulan Ramadhan ini lebih utama daripada mengulangi membaca surat Ar-rahman, Al-Insan dan surat Al Ikhlas setelah setiap surat dari At-takasur hingga Al-lahab sebagaimana tradisinya penduduk Mesir.
Hanya saja perlu diketahui bahwasanya yang demikian ini adalah dalam konteks orang yang hafal Al-quran atau sebagiannya, sehingga ia dianjurkan untuk membaca mushaf secara runtut dan sempurna.
Adapun jika hanya hafal surat Al-ikhlas saja atau surat yang lainnya, maka ia boleh membacanya sebab tidak hafal Al-Qur’an maka tidak dikenai hukum khilaful afdol atau khilaful aula.” (I’anah al-Thalibin, Juz 1 Halaman 307)
Fenomena ini disunnahkan agar supaya tidak menyibukkan diri dengan menghitung jumlah rokaat, sebab dengan membaca runtut dari surat Al-Takatsur ini menjadi pertanda atas capaiannya terhadap jumlah rokaat.
Salah seorang ulama Hanafi, Ibnu Abidin menyatakan;
وَفِي التَّجْنِيسِ: وَاخْتَارَ بَعْضُهُمْ سُورَةَ الْإِخْلَاصِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ، وَبَعْضُهُمْ سُورَةَ الْفِيلِ: أَيْ الْبُدَاءَةَ مِنْهَا ثُمَّ يُعِيدُهَا، وَهَذَا أَحْسَنُ لِئَلَّا يَشْتَغِلَ قَلْبُهُ بِعَدَدِ الرَّكَعَاتِ. قَالَ فِي الْحِلْيَةِ: وَعَلَى هَذَا اسْتَقَرَّ عَمَلُ أَئِمَّةِ أَكْثَرِ الْمَسَاجِدِ فِي دِيَارِنَا إلَّا أَنَّهُمْ يَبْدَءُونَ بِقِرَاءَةِ سُورَةِ التَّكَاثُرِ فِي الْأُولَى وَالْإِخْلَاصِ فِي الثَّانِيَةِ، وَهَكَذَا إلَى أَنْ تَكُونَ قِرَاءَتُهُمْ فِي التَّاسِعَةَ عَشَرَ بِسُورَةِ تَبَّتْ وَفِي الْعِشْرِينَ بِالْإِخْلَاصِ اهـ زَادَ فِي الْبَحْرِ: وَلَيْسَ فِيهِ كَرَاهَةٌ فِي الشَّفْعِ الْأَوَّلِ مِنْ التَّرْوِيحَةِ الْأَخِيرَةِ بِسَبَبِ الْفَصْلِ بِسُورَةٍ وَاحِدَةٍ لِأَنَّهُ خَاصٌّ بِالْفَرَائِضِ كَمَا هُوَ ظَاهِرُ الْخُلَاصَةِ وَغَيْرِهَا. اهـ.
“Dalam kitab At-tajnis dijelaskan bahwasanya Sebagian ulama itu memilih untuk membaca surat Al-ikhlas atau Al-fil di setiap rakaatnya salat tarawih, yakni mereka membacanya di Rokaat yang pertama dan kedua. Yang demikian ini adalah bagus, karena dengan hal tersebut Ia tidak disibukkan dengan menghitung jumlah rakaatnya.
Dan dalam kitab Al-hilyah dijelaskan bahwasanya amaliah para imam di banyak masjid itu membaca surat At-takasur hingga Al-lahab di rokaat pertama, kemudian di rakaat yang kedua itu di membaca surat al-ikhlas”. (Hasyiyah Ibnu Abidin, Juz 2 Halaman 47)
Sehingga tradisi yang berlaku ini tidak bisa dihukumi Khilaful Aula atau Khilaful Afdhal, sebab kebanyakan Imam Musholla ini tidak hafal Al-Quran. Adapun tradisi Membaca surat Al-A’la dan Al-Kafirun di Sholat Witir yang pertama, dan membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq dan Al-Nas pada saat sholat witir yang terakhir.
Ini juga merupakan sebuah kesunnahan yang dianjurkan, sebagaimana dalam hadis riwayat Imam Nasa’i dan Ibnu Majah disebutkan:
رواه النسائي وابن ماجة: سُئِلَتْ عَائِشَةُ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَفِي الثَّانِيَةَ بِقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَفِي الثَّالِثَةِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
“Sayyidah Aisyah pernah ditanyai, “Apa yang dibaca Rasulullah ketika witir?” Beliau menjawab “Rasulullah SAW membaca surat sabbihisma rabikal a’la di rakaat pertama, dan membaca Al-Kafirun di rakaat kedua. Sedang di rakaat ketiga, beliau membaca surat Al-Ikhlas dan Mu’awidzatain” (I’anah al-Thalibin, Juz 1 Halaman 290)
Dengan demikian, tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Islam Nusantara ini memiliki landasan yang kuat. Sehingga jangan diingkari apalagi ditentang, semoga bermanfaat.
Demikian penjelasan dalil membaca Surat Al-Takatsur hingga Al-Nas saat Tarawih. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Editor: Zainuddin Lubis