Penistaan terhadap Islam sempat terjadi secara bertubi-tubi di Indonesia. Belakangan, ditemukan peralatan dapur semacam panci yang bertuliskan lafaz Allah.
Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Utang Ranuwijaya menilai, terdapat beberapa motif yang menjadi latar belakang maraknya kasus penistaan agama Islam di Indonesia. Menurut Utang, dua motif kuat yang membuat penistaan itu bisa terjadi atau dilakukan adalah kebodohan dan kebutuhan ekonomi.
“Pertama, karena kebodohan, lalu ada motif ekonomi dan bisnis tertentu,” kata Utang kepada Republika.co.id, Selasa (26/1).
Ia menuturkan, motif kebodohan tentu akan membuat seseorang tidak memahami apa yang dilakukan merupakan perbuatan salah atau dilarang oleh agama. Kalaupun seseorang itu mengetahui yang dilakukan salah dan menghina agama, kebodohan tadi akan menutupi perbuatannya dengan berbagai alasan.
Dari segi bisnis, ia menjelaskan, orang yang pola pikirnya dipenuhi dengan uang, akan membutakan mata demi membuat sesuatu yang sensasional dan tentu menarik bagi orang-orang. Mereka akan berusaha keras membuat orang penasaran dan berharap produk sensasional yang dibuatnya laku keras di pasaran karena penasaran itu.
Utang menambahkan, kedua motif ini akan sangat berbahaya bila bertemu di satu orang atau satu perusahaan. Sebab, kebutaan dalam menjalani bisnis akan membuat seseorang atau perusahaan rela melakukan apa saja agar memiliki produk yang berbeda, dilengkapi dengan kebodohan yang menutupi mata mereka kalau perbuatan-perbuatan mereka salah.