Berikut akan dilanjutkan pembahasan mengenai faktor-faktor internal yang bisa merusak iman seseorang:
Faktor Keempat: Lupa
Faktor internal yang keempat adalah [النسيان] yang artinya lupa. Jika seorang hamba lupa megenai apa yang diperintahkan kepadanya, maka imannya pun akan menjadi lemah. Lupa ada dua bentuk:
(1). Lupa yang tidak akan diampuni, yaitu lupa yang disebabkan karena sengaja. Contoh bentuk ini adalah apa yang Allah firmankan,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ
“ Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.“ (QS. Al-Hasyr: 19).
Inilah yang akan merusak iman, yaitu sengaja melupakan Allah dan berpaling dari-Nya.
(2). Lupa yang dimaafkan, yaitu lupa yang tidak disengaja. Contoh bentuk ini adalah seperti firman Allah,
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
“ Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.” (QS. Al-Baqarah : 286)
Diterangkan dalam sebuah hadis bahwa Allah berfirman sebagai jawaban ayat ini,
قد فعلت
“ Sudah Aku lakukan (kabulkan). “ (HR. Muslim)
Faktor Kelima: Perbuatan Maksiat dan Dosa
Sebagaimana iman akan bertambah dengan ketaatan, maka iman pun akan berkurang dengan maksiat. Maksiat beragam bentuknya. Nabi telah menjelaskan secara global maupun terperinci, dan telah menjelaskan ada dosa besar dan dosa kecil dengan penjelasan yang gamblang. Oleh karena itu, setiap hamba harus mengetahui dampak maksiat serta dampak bahaya dan kerusakannya sehingga dia bisa menghindarinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)
“ Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar-ran” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.“ (HR. Tirmidzi)
Faktor Keenam: Nafsu yang Mengajak Kepada Keburukan
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ
“ Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.“ (QS. Yusuf: 53)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dalam khotbah beliau dari keburukan nafsu yang ada pada jiwa. Beliau bersabda,
الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
“ Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu kami dan kejelekan amal perbuatan kami. “
Di awal khotbah beliau berlindung dari keburukan nafsu dan amal yang jelek.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah megajarkan doa kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu agar membacanya setiap pagi dan sore serta sebelum tidur. Nabi bersabda, “Ucapkanlah,
اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ
“ Ya Allah, Yang Mahamengetahui yang gaib dan yang nyata, Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah, kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, setan, dan bala tentaranya, serta godaan untuk berbuat syirik pada Allah.”
Nabi memerintahkan di pagi dan sore serta ketika hendak tidur untuk berlindung dari keburukan nafsu. Karena nafsu yang ada pada jiwa memerintahkan untuk melakukan kejelekan, kerusakan, dan perbuatan maksiat, mengajak kepada perkara yang membinasakan, serta akan mencari hal-hal yang jelek. Nafsu manusia secara naluri akan berjalan dalam hal-hal yang menyelisihi dan menyimpang.
Demikianlah enam faktor-faktor internal yang berasal dari dalam diri manusia yang merupakan perkara-perkara yang bisa merusak iman. Semoga Allah menjaga diri kita dan menjauhkan kita dari segala hal yang bisa merusak iman kita. [Selesai]
Penulis: Adika Mianoki
Artikel: www.muslim.or.id
Referensi : Tajdiidul Iman karya Syekh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdil Mushin Al-Badr hafidzahullah
Sumber: https://muslim.or.id/72066-faktor-internal-perusak-iman-bag-2.html