ari al Hasan, dari Hindi, ia berkata, “Rasulullah itu berdada lebar. Antara perut dan dada berukuran sama”. (HR. Thabrani dan al Zabidi).
Dari Ummu Hani’, ia menuturkan, “Saya tidak melihat bentuk perut Rasulullah, kecuali saya ingat lipatan-lipatan kertas yang digulung antara satu dengan yang lainnya”. (HR. Thabrani). Dalam riwayat lain menggunakan redaksi “Perutnya bagai batu-batu yang tersusun”.
Istilah “batu-batu yang tersusun” adalah ungkapan untuk bentuk tubuh yang atletis. Dengan demikian, Rasulullah memiliki tubuh atletis. Tidak gemuk, tidak terlalu kurus.
Apakah hadis ini ada hubungannya dengan tema “Gemuk ternyata dilarang agama”?
Rasulullah bersabda, “Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya, pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiannya, bernadzar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam al Qurthubi menjelaskan, hadis ini adalah celaan untuk mereka yang memiliki tubuh gemuk karena banyak makan, banyak minum, santai, berfoya-foya dan selalu memperturutkan hawa nafsu berupa kesenangan duniawi. Ia, menjadi budak bagi dirinya sendiri, bukan seorang hamba Tuhan. Model manusia seperti ini bisa dipastikan akan terjerumus kepada perbuatan haram.
Penjelasan ini disampaikan oleh al Qurthubi dalam tafsirnya (II/67), tradisi yang dicela oleh Allah adalah kebiasaan makan dengan porsi jumbo dan hobi kuliner. Kebiasaan makan banyak merupakan kebiasaan orang kafir. Karena, siapa yang makannya banyak akan membuatnya rakus dan tamak, malas dan banyak tidur di malam hari. Siang hari hanya untuk makan, minum dan berfoya-foya, dan malam hanya untuk tidur.
Tapi, bukankah Allah tidak memandang bentuk fisik?
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta kalian, Dia hanya melihat pada hati dan amal kalian” (HR. Muslim).
Seakan-akan, hadis ini membantah hadis sebelumnya. Gemuk dan kurus bukan persoalan. Sebab, yang menjadi barometer kemuliaan seseorang dihadapan Allah adalah ketulusan hati dan ketakwaan.
Mula Ali Qori dalam Jam’u al Wasail fi Syarhi al Syamail 1/34), menjelaskan, “Allah membenci orang gemuk” dipahami kalau yang menjadi penyebab kegemukan adalah kelalaian, dan kesenangan berlebihan terhadap kesenangan duniawi. Makan dan minum yang berlebihan.
Telah jelas, kegemukan akibat terlalu banyak makan dan minum merupakan aktivitas yang sangat dicela oleh Allah. Beda halnya kalau kegemukan itu terjadi karena faktor alami, tidak masalah karena terjadi bukan karena banyak makan, minum dan foya-foya. Sekali lagi, gemuk yang dilarang adalah karena banyak makan dan minum.
Sebagai penutup, dalam kitab Taurat termaktub kalimat yang menegaskan Allah membenci tokoh agama yang gemuk karena faktor banyak makan. Rasulullah mengingatkan, “Siapa yang penuh perutnya tidak akan pernah masuk ke dalam kerajaan langit”.