Hakikat Orang yang Menjaga Nikmat

SYUKUR akan terus menambah nikmat dan membuat nikmat itu terus ada. Hakekat syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat.

Mukhallad bin Al-Husain mengatakan, “Syukur adalah dengan meninggalkan maksiat.” (Iddah Ash-Shabirin, hlm. 159)

Ibnu Abid Dunya menyebutkan hadits dari Abdullah bin Shalih, ia berkata bahwa telah menceritakan padanya Abu Zuhair Yahya bin Athorid Al-Qurasyiy, dari bapaknya, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Allah tidak mengaruniakan syukur pada hamba dan sulit sekali ia mendapatkan tambahan nikmat setelah itu. Karena Allah Taala berfirman, “Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS. Ibrahim: 7) (HR. Al-Baihaqi dalam Syuab Al-Iman, 4:124)

Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Sesungguhnya Allah memberi nikmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Jika seseorang tidak mensyukurinya, maka nikmat tersebut berbalik jadi siksa.”

Ibnul Qayyim berkata, “Oleh karenanya orang yang bersyukur disebut hafizh (orang yang menjaga nikmat). Karena ia benar-benar nikmat itu terus ada dan menjaganya tidak sampai hilang.” (Iddah Ash-Shabirin, hlm. 148)

INILAH MOZAIK