Ketika kerumunan sudah sangat padat, gerakan tubuh akan mentransfer kekuatan ke tubuh lainnya. Dan itu mungkin menjadi ‘kunci’.
Ilmuwan turut menganalisa tentang tragedi Mina. Menurut mereka, ketika terlalu banyak orang berkerumun dalam sebuah ruangan yang sempit, maka situasinya bisa sangat berbahaya.
Dan itu mungkin menjadi kunci untuk memahami tewasnya lebih dari 700 jemaah haji di Mina pada Kamis, 24 September kemarin.
“Ini sebagian besar karena faktor fisik, bukan psikologis,” kata Dirk Helbing, seorang profesor ilmu sosial komputasi di ETH Zurich, Swiss. Helbing telah banyak mempelajari tentang kaitan kerumunan dengan bencana.
Ketika kerumunan sudah sangat padat, gerakan tubuh akan mentransfer kekuatan ke tubuh lainnya. Kekuatan ini dapat bertambah dan menciptakan gerakan tak terkendali di kerumunan seperti aksi mendorong.
“Akibatnya … sebagian dari mereka akan jatuh dan diinjak-injak oleh yang lainnya. Atau mereka mati lemas karena tertimpa orang lain di atasnya,” katanya.
Dan hal ini bisa terjadi dengan sangat cepat. Bahkan insiden kecil seperti dua orang yang berkelahi atau mencoba mengalahkan orang banyak maka dapat dengan cepat membentuk kerumunan skala besar.
Semakin banyak orang terlibat di dalamnya, kerumunan akan mulai terbentuk dan menciptakan situasi yang mematikan.
“Jadi masalah kecil berubah menjadi masalah besar yang tidak dapat dikontrol lagi,” kata Helbing. Kerumunan dalam jumlah besar bisa menjadi tidak terkendali dengan cepat.
Bahkan bagi mereka yang bisa bertahan, tekanan dari tubuh orang-orang di sekitarnya akan terbentuk, sehingga mereka tidak bisa bernapas.
“Orang tidak mati karena mereka panik. Mereka panik karena mereka sedang sekarat,” kata Keith Still, seorang profesor ilmu kerumunan di Manchester Metropolitan University, Inggris.
Still, yang telah bekerja di manajemen kerumunan haji dengan para pejabat keamanan di masa lalu tetapi tidak memiliki pengetahuan langsung tentang situasi tahun ini, mengatakan bencana pada Kamis kemarin muncul akibat dari terlalu banyak orang terjebak di ruang yang terlalu sempit.
“Setiap sistem memiliki batasnya, termasuk jumlah orang yang bisa melewatinya,” kata Still. “Ketika jumlahnya berada di atas batas, risiko akan meningkat secara cepat.”
Pada kasus haji tahun ini, ia mengatakan, sistem yang digunakan sepertinya telah melampaui kapasitas yang aman.
Still mengatakan salah satu strategi yang efektif untuk menjaga keselamatan orang banyak di kerumunan adalah melakukan pendekatan buka-tutup. Orang-orang disuruh berhenti sementara dan kemudian dilepas. “Hal itu akan menciptakan jeda atau ruang,” kata Still.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan kecelakaan diduga akibat bertemunya dua gelombang jemaah di persimpangan. Raja Salman telah berjanji melakukan penyelidikan yang cepat untuk meningkatkan manajemen kerumunan.
Insiden haji seperti itu terakhir terjadi pada sembilan tahun yang lalu di dekat lokasi yang sama. (Ism, Sumber: Washingtonpost.com)
Dream.co.id