Lingkungan adalah salah satu faktor paling menentukan untuk anak menjadi saleh atau tholeh (buruk). Oleh karenanya, banyak diantara orang tua sekarang yang lebih memilih menyekolahkan buah hati tercinta di pesantren-pesantren, sekolah-sekolah berbasis keislaman, atau home schooling di rumah dengan biaya yang tentu tidak murah. Karena ingin mencari lingkungan tempat belajar yang baik dan kondusif. Hal tersebut semoga menjadi pahala yang besar bagi orang tua tersebut karena telah memikirkan dengan susah payah dan bekerja keras untuk kebaikan putra putri mereka.
Namun nyatanya, terkadang realitas tidak sesuai harapan orang tua. Walaupun anak belajar di pondok pesantren, sekolah-sekolah keislaman, mengikuti TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an), sang anak ternyata tetap jauh dari kata “saleh”. Tentunya dengan sebab-sebab dan faktor-faktor lain yang mungkin disadari ataupun tak disadari oleh orang tuanya. Baik faktor teman, lingkungan, pergaulan, bacaan, tontonan, dan faktor-faktor lainnya.
Di sisi yang berbeda kita lihat ada sebagian orang tua yang kurang agamis, mereka menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah negeri atau sekolah umum, namun atas taufik dan hidayah dari Allah Ta’ala, sang anak menjadi anak yang baik dan saleh. Karena sebab-sebab lain yang mungkin disadari ataupun tidak disadari oleh orang tuanya. Baik itu karena faktor teman, lingkungan, pergaulan, bacaan, tontonan, dan faktor-faktor lainnya.
Ibrah yang bisa diambil adalah, Allah Ta’ala zat yang Maha Perkasa berkuasa mengatur segala makhluk-Nya dan akal manusia begitu lemah sehingga tidak akan mampu bersandar pada dirinya sendiri. Mungkin sebagian orang tua yang sudah “hijrah” berpikir keras dan berjuang untuk menyekolahkan anaknya di pesantren, sekolah Islam, dll. Tapi lupa untuk menyerahkan urusan pendidikan anak kepada Rabbul ‘alamin, Rabb yang mengatur jagat raya. Lupa berdoa kepada Allah agar Allah memberikan anaknya taufik dan hidayah-Nya. Padahal doa merupakan salah satu sebab yang paling utama untuk si anak bisa menjadi hamba Allah yang taat.
Nabi Ibrahim Alaihissalam berdoa untuk kesalehan keturunannya, sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Qur’an,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh” (QS. Ash Shafat: 100).
Allah Ta’ala juga berfirman,
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku” (QS. Ibrahim: 40).
Nabi Ibrahim Alaihissalam merupakan bapak para Nabi dan merupakan salah satu dari Ulul ‘Azmi, tentu tidak ada yang meragukan kemampuan beliau dalam mendidik anak-anaknya, namun tetap berdoa kepada Allah, menyerahkan urusan ini kepada Allah, agar Allah menganugerahkannya keturunan yang saleh.
Tentu tulisan ini tidak mengandung pesan meremehkan usaha sebagian orang tua yang telah berjuang dan bersusah payah untuk menyekolahkan anaknya di pesantren, sekolah Islam, dan lembaga pendidikan lainnya. Namun tulisan ini sekedar pengingat bagi kita semua agar tidak lupa untuk selalu berdoa dan menyandarkan hati dalam urusan ini kepada Allah Azza wa Jalla.
Dan juga bagi sebagian orang tua yang tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya di pesantren dan sekolah Islam agar tidak berkecil hati, tidak berputus asa. Karena tentu banyak sebab-sebab lainnya yang dapat diusahakan orang tua dalam mendidik anak. Dengan terus berdoa meminta hidayah kepada Allah dan tawakal kepada-Nya.
Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.
Penulis: Muhammad Bimo P.
Artikel: Muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/66513-jangan-lupakan-doa-dan-tawakal-dalam-mendidik-anak.html