KISAH ini sangat terkenal dan saya senang untuk membuatnya semakin terkenal dengan menceritakan kembali lengkap bersama rasa kagum dan haru saya.
Dulu, ada seorang mahasiswa Universitas Harvard yang terkenal meninggal dunia. Bapak Ibunya datang ke gedung rektorat untuk bertemu dengan pimpinan tertinggi universitas ini. Potongan badannya yang biasa saja dan pakaian yang dikenakannya yang juga biasa saja rupanya menjadi penghalang terwujudnya pertemuan itu, dengan berbagai alasan, walau alasan pastinya adalah “orang biasa tak layak bertemu orang luar biasa.”
Kuat sekali keinginan kedua orang tua ini, menunggu sampai 4 jam untuk akhirnya bisa ditemui. Beliau berdua menyatakan ingin membangun sesuatu di Harvard ini sebagai kenangan atas nama anaknya yang meninggal. Bapak pimpinan marah dan berkata tidak mungkin karena nanti akan banyak tugu di kampus ini. Beliau berdua berkata bahwa yang akan dibangunnya adalah bangunan kampus. Sang pimpinan sinis berkata bahwa bagaimana mungkin mereka yang miskin ini mampu membangun gedung sementara satu gedungnya seharga 7,5 juta dolar AS.
Si istri melirik sang suami sambil berbisik: “Cuma segitu ya mas, ya sudah kalau tidak boleh, kita bangun sendiri di tempat lain.” Pergilah mereka berdua ke Palo Alto California membangun universitas yang saat ini menjadi salah satu favorit di Amerika. Universitas itu bernama Stanford University, dari nama beliau berdua Mr and Mrs Leland Standford.
Jangan biasakan menilai orang dari pakaiannya, dari mobilnya dan dari rumahnya. “Tidak semua yang putih itu lemak, tidak semua yang hitam itu kurma.” Biasakan kita menghormati semua orang karena mereka telah ditakdirkan bertemu kita atas idzin Allah.
Kalau genteng kita bocor, pompa air kita rusak, mobil kita mogok, siapakah yang membantu kita? Orang kaya dan berpangkatkah? Ah tidak, ternyata orang yang biasa-biasa saja yang kadang sering kita remehkan. Selamat merenungkan.
Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi, Dosen Pascasarjana UINSA Surabaya.