SALAH satu yang sering membuat tak enak hati adalah perbuatan diri sendiri yang selalu saja penasaran akan sesuatu yang dilakukan orang lain. Andai saja penasaran itu berhenti di penasaran saja mungkin tak terlalu berbahaya. Namun saat penasaran itu dilanjutkan dengan duga-duga yang negatif, maka inilah yang sangat berbahaya karena pasti merusak nuansa hati.
Kalimat di atas merupakan bahasa ulang yang lebih terang maknanya dari apa yang dikatakan oleh Syekh Anis Mansour, “Kalau Anda tak mengerti yang aku maksudkan, jangan menafsirkannya sesuai dengan Anda mau.”
Seorang lelaki yang sedang telpon seseorang berkata: “ambil saja, ambil saja.” Tetangganya yang memang sedari dulu senang iri hati menyebarkan isu bahwa lelaki yang menelpon tadi telah bersepakat dengan temannya untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya. Lalu dibumbuilah dengan kesimpulan penutup: “Pantas saja dia kaya.”
Dari mana penyebar isu itu mendapatkan data bahwa lelaki itu bersepakat mencuri? Ternyata dari tafsirnya sendiri atas kata “ambil saja” itu. Padahal, kata ambil saja itu kontekanya adalah penerimaan atas penawaran transaksi yang saling menguntungkan yang disarankannya agar diambil saja alias dijadikan saja transaksinya.
Ketika hati itu busuk dan pikiran itu kotor, maka biasanya tafsir yang keluar akan cenderung negatif. Maka menderita sendiri orang yang suka tafsir negatif seperti ini. Salam. AlM.