Prosesi pembongkaran makam, hingga pelaksanaan autopsi jenazah Siyono, terduga teroris asal Klaten, mulai dari pukul 06.00 hingga 11.30 WIB, berjalan lancar. Nyaris tak ada satupun orang sekitar makam yang perutnya mual, apalagi meludah akibat mencium bau tak sedap.
Hampir seluruh anggota Kokam (Komando Kesiapsiagaan Pemuda Muhammadiyah), anggota polisi dari unsur Dalmas maupun Brimob, ataupun pimpinan Ormas Islam, maupun fungsionari PP Muhammadiyah, tidak ada yang mengenakan masker. ”Tidak ada bau menyengat, atau bau tidak sedap dari dalam makam. Semua biasa saja,” kata Husni Thamrin, fungsionaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Klaten, Ahad (3/4).
Menurut Husni, hanya bau samar-samar kurang sedap dari lumpur makam yang tercium. Ini karena dalam makam penuh genangan air. Sehingga wajar kalau makam dibongkar, bau lumpur kurang sedap.
”Kalau kondisi jenazah sendiri masih utuh. Tak mengeluarkan bau kurang sedap sama sekali. Dan, kondisi jenazah masih utuh. Tak melepuh. Tak bengkak. Padahal, almarhum meninggal sudah 23 hari lalu. Insyaallah, almarhum mati syahid,” tambah Husni Thamrin.
Ia sendiri juga heran, hampir ratusan orang sekitar liang kubur almarhum tak mengenakan masker. Padahal, mereka tidak terbiasa dengan menghadapi pembongkaran jenazah. Normal semua. Setelah bekerja membongkar makam, semua orang makan dengan biasa.
Biasanya, kalau terjadi pembongkaran makam selalu mengeluarkan bau tak sedap. Bahkan, saking tidak sedapnya membuat perut mual, menyebabkan orang muntah-muntah, pusing kepala, dan sebagainya. Dalam jarak ratusan meter saja bau tak sedap cepat tercium. ”Tapi, kali ini tidak terjadi sama sekali. Ya, semoga saja mati syahid almarhum,” doa Husni Thamrin.
Pemimpin autopsi dari tim Forensix Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, dr Gatot Suharto, juga mengungkap kondisi utuh jazad almarhum. Hanya saja, ia mengungkapkan ada perubahan kondisi fisik setelah meninggal secara tidak wajar.