ADA seorang kakek tua yang dikenal sangat miskin. Ia tinggal di kota Yaman di dalam gubuk tua yang telah reyot. Meski demikian, ia tidak pernah terlihat kelaparan dan selalu segar. Ia pun tidak pernah meminta-minta dan bahkan menolak jika ada seseorang yang ingin memberinya sedekah. Alasannya karena ia masih sanggup bekerja dan memperoleh upah dari pekerjaannya.
Pemimpin kota Yaman dibuat penasaran setelah mendengar berita tentang kakek tersebut. Ia berencana mengintai rumah sang kakek dan mencari tahu kebenaran bahwa kakek tersebut benar-benar tidak kelaparan. Sang pemimpin merasa cemas barangkali sebenarnya si kakek menyembunyikan laparnya karena malu. Untuk melancarkan rencananya ia memutuskan untuk melakukan penyamaran dan mendatangi rumah sang kakek. Ia berubah menjadi pengemis dan akan meminta-minta kepada kakek yang dikenal miskin tersebut.
“Aku sedang kelaparan, karena sudah tiga hari tidak makan. Tolong aku,” ujarnya di hadapan sang kakek saat membukakan pintu.
Wajah kakek tersebut tampak iba dan menuntun si pengemis masuk ke dalam rumah.
“Aku memiliki sekerat roti dan segelas susu untukmu,” kata sang kakek kepada si pengemis.
Pengemis yang tentu saja sebenarnya adalah pemimpin kota mengamati seisi rumah sang kakek. Di sana ia menemukan banyak sekali kerajinan indah. “Untuk apa kerajinan-kerajinan ini?”
“Itu adalah kerajinan buatanku. Aku menjualnya saat siang hari,” ujar sang kakek.
“Apakah hasil penjualannya cukup untuk menghidupi dirimu sendiri?”
“Alhamdulillah, sejauh ini cukup.”
“Tapi mengapa kau tinggal di gubuk reyot seperti ini? Kau pun hanya memiliki sekerat roti dan segelas susu.”
“Bagiku gubuk ini sudah cukup untuk aku tinggal sendiri, nyaman dalam beribadah, dan kebutuhan perutku tidak perlu berlebihan.” Sang kakek tersenyum.
“Lalu, ke mana sisa uangmu?”
“Kukira kau tidak perlu mengetahuinya,” jawab kakek kembali tersenyum.
Akhirnya pemimpin Yaman tersebut tahu bahwa ternyata sang kakek adalah pengrajin yang berbakat. Namun, ia selalu menutupi wajahnya ketika menjual kerajinan-kerajinan miliknya, sehingga orang-orang tidak mengenalinya. Tanpa sepengetahuan ia pun selalu membelanjakan pendapatannya untuk kaum miskin. Bagi sang kakek, mengenyangkan perut dengan sekerat roti dan segelas susu sudahlah cukup.
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memerikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah [2]: 271) [An Nisaa Gettar]