Penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah
Pertanyaan:
Banyak penuntut ilmu memberikan perhatian dalam menghapal Al-Qur’an Al-Karim dan hadits-hadits hukum. Akan tetapi, mereka meremehkan ilmu ushul fiqh, dan mencukupkan diri dengan hapalan Al-Qur’an dan hadits. Padahal diketahui bahwa ilmu ushul fiqh mengajarkan kita bagaimanakah metode memahami dalil-dalil tersebut. Kami mengharapkan arahan syaikh berkaitan dengan masalah ini.
Jawaban:
Yang menjadi pendapatku dalam masalah menuntut ilmu adalah seseorang itu, apalagi para pemuda yang masih pemula, memulai dengan menghapalkan Al-Qur’an sebelum semua ilmu (agama) yang lain. Karena inilah perbuatan (contoh) para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mereka mempelajari Al-Qur’an, mempelajari makna kandungan Al-Qur’an, dan mempraktikkannya (mengamalkannya).
Sedangkan penuntut ilmu itu sangat butuh terhadap Al-Qur’an. Tidakkah Engkau lihat, jika Engkau berbicara di suatu majelis (perkumpulan) dan Engkau ingin berdalil dengan Al-Qur’an sedangkan Engkau tidak menghapalnya, maka tidak mungkin Engkau bisa berdalil dengan Al-Qur’an.
Jadi aku memotivasi penuntut ilmu, lebih-lebih para pemuda, untuk menghapalkan kalamullah (Al-Qur’an), kemudian menghapalkan hadits-hadits yang mudah, misalnya kitab ‘Umdatul Ahkaam, atau Bulughul Maraam, jika mampu. Kemudian setelah itu, dia memasuki bidang fiqh dan ilmu ushul fiqh.
Tidak diragukan lagi bahwa ushul fiqh adalah di antara ilmu yang paling bagus. Di dalamnya terkandung kenikmatan bagi orang-orang yang mempelajarinya. Karena jika seseorang memahami kaidah-kaidah, maka pikirannya akan berjalan untuk memakai (menerapkan) kaidah-kaidah tersebut untuk menyimpulkan hukum dari dalil-dalil syar’i dengan perantaraan kaidah-kaidah dan ushul tersebut.
[Selesai]
***
Penerjemah: M. Saifudin Hakim
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/54065-kapan-belajar-ilmu-ushul-fiqh.html