Kejernihan Jiwa Ibarat Bayi Menurut Syekh Abdul Qadir

Syekh Abdul Qadir Al Jailani menekankan pentingnya kebersihan hati dan jiwa

Orang-orang sufi menyebut keadaan rohani sebagai thifli, yang berarti ‘bayi’ atau anak-anak. Bayi itu dilahirkan, dipelihara, dan dibesarkan di dalam hati.     

“Hati ibarat seorang ibu yang memeliharanya, menyusuinya, dan menimang-nimangnya,” kata Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam kitabnya Sirr Al-Asrar Fi Mayahtaj Ilayah Al-Abrar. 

Sebagaimana anak-anak di alam nyata yang diajarkan ilmu fisikal, anak-anak hati atau thifli juga dibekali dengan ilmu. Namun, ilmu yang diajarkan hati  adalah ilmu ruhani dan ilmu ketuhanan.  

Sebagaimana anak-anak yang belum dipengaruhi kejahatan, noda dan dosa demikian juga dengan anak-anak hati yang masih bersih dan suci, tidak dinodai maksiat keegoan, prasangka, dan keraguan. Anak-anak atau bayi adalah makhluk yang suci bersih dan dapat menarik perhatian siapa yang menimangnya. 

“Demikian keadaan dalam alam fisikal. Dalam alam mimpi, keindahan anak-anak hati itu terlahir dalam bentuk malaikat,” katanya. 

Syekh Abdul Qadir Al Jailani mengatakan, seseorang biasanya mengharapkan surga sebagai hasil dari amal ibadahnya. Tetapi, kenikmatan surga itu datang ke dunia melalui tangan anak-anak hati itu. 

Apabila hati seorang hamba bersih dan suci, dan bashirah-nya bercahaya terang benderang, akan tersingkaplah semua tabir hitam yang menutupi hatinya. 

Ketika itu pula dia akan merasakan segala kenikmatan yang indah tentang makrifat kepada Allah SWT yang akan melebihi keindahan kenikmatan surga yang akan dikecapnya nanti.  “Wallahu A’lam,” katanya.

Tentang hal ini Allah SWT, kata Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Allah SWT berfirman dalam surat Al Waqiah ayat 12-17: 

فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ وَقَلِيلٌ مِنَ الْآخِرِينَ عَلَىٰ سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ “Dalam surga kenikmatan, segolongan besar orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil orang-orang yang lahir kemudian mereka berada di atas dewan yang bertakhtakan emas dan permata  seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan, mereka dikelilingi anak-anak muda yang tetap mudam.”

Lebih lanjut Allah SWT juga berfirman dalam surat At Thur ayat 24: 

 وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ “Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk melayani mereka, seakan-akan akan mereka itu adalah mutiara yang tersimpan.”

Inilah anak-anak atau bayi hati, yaitu kesadaran orang-orang sufi yang dikaruniai Ilham yang tinggi oleh Ilahi. Kesadaran ini muncul dari anak-anak atau bayi hati karena keindahan dan kesuciannya.  “Namun, keindahan dan kesucian itu terlahir dalam diri manusia di dunia,” katanya. 

Kesadaran juga adalah insan yang sebenarnya, yang tidak terpisah dengan Khaliq-nya, kesadaran itu melambangkan atau mewakili manusia yang sebenarnya. Di dalamnya tidak ada jisim (kebadan) dan ia tidak menganggap dirinya sebagai jisim tidak ada hijab, tidak ada tirai, tidak ada halangan antara dirinya dengan Allah SWT.

“Karena cahaya yang memancar melalui pintu hatinya itu terus menjurus menuju ke hadirat Allah yang mencipta,” katanya.  

KHAZANAH REPUBLIKA