kesyirikan pertyama di muka bumi

Kesyirikan Pertama di Muka Bumi

Kita telah mengetahui bahwa kesyirikan adalah dosa yang terbesar dan tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An Nisa: 48).

Namun kapankah kesyirikan pertama kali terjadi?

Kesyirikan paling pertama

Ulama sepakat, bahwa kesyirikan dalam sejarah seluruh makhluk, pertama kali dilakukan oleh setan atau iblis. Allah ta’ala berfirman:

وَمَن يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِّن دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ

“Diantara mereka yang mengatakan bahwa dirinya adalah sesembahan selain Allah, Kami akan ganjar dengan neraka Jahannam” (QS. Al Anbiya’: 29).

Ulama sepakat ayat ini turun tentang iblis la’natullah ‘alaihi. Yang mengaku sebagai ilah, dan ini adalah kesyirikan pertama. Ibnu Juraij menjelaskan ayat di atas:

من يقل من الملائكة إني إله من دونه، فلم يقله إلا إبليس، دعا إلى عبادة نفسه، فنزلت هذه الآية في إبليس

“Tidak ada Malaikat yang mengatakan bahwa diri mereka adalah sesembahan selain Allah. Dan tidak ada pernah mengatakannya kecuali iblis. Ia menyeru untuk menyembah dirinya sendiri. Sehingga turunlah ayat ini” (Jami’ul Bayan, 17/9).

Qatadah juga mengatakan:

إنما كانت هذه الآية خاصة لعدو الله إبليس، لما قال ما قال لعنه الله، وجعله رجيما

“Ayat ini turun khusus untuk musuh Allah, yaitu iblis. Karena ia mengatakan suatu perkataan yang dilaknat Allah. Dan Allah jadikan ia makhluk yang terkutuk” (Jami’ul Bayan, 17/13).

Kesyirikan pertama dalam sejarah manusia

Sedangkan, kesyirikan pertama pada umat manusia, para ulama khilaf menjadi 4 pendapat:

Pendapat pertama: kesyirikan pertama dilakukan oleh Qabil, putra dari Nabi Adam ‘alaihissalam

Disebutkan oleh Ath Thabari rahimahullah

ذكر أن قابيل لما قتل هابيل، وهرب من أبيه آدم إلى اليمن، أتاه إبليس فقال له: إن هابيل إنما قبل قربانه وأكلته النار؛ لأنه كان يخدم النار ويعبدها، فانصب أنت أيضاً ناراً تكون لك ولعقبك، فبنى بيت نار، فهو أول من نصب النار وعبدها

“Disebutkan bahwa Qabil ketika membunuh Habil, kemudian ia lari dari Nabi Adam menuju ke Yaman. Qabil pun mendatangi iblis, lalu iblis berkata kepada Qabil: sebenarnya Habil diterima qurbannya serta qurban tersebut dimakan oleh api karena Habil adalah pengikut ruh api dan penyembah api. Wahai Qabil, maka hendaknya engkaupun melakukan demikian untukmu dan keturunanmu. Qabil pun menuruti perkataan iblis dan membangun kuil api. Itulah kuil pertama dan penyembahan api yang pertama” (Tarikh Al Umam wal Muluk, 1/165).

Namun Ath Thabari tidak menyebutkan sanad riwayat ini dan bahkan membawakannya dengan shighah tamridh yang mengindikasikan kelemahan.

Pendapat kedua: kesyirikan pertama terjadi di zaman Yarad bin Malail, ayah dari Nabi Idris ‘alaihissalam

Juga disebutkan oleh Ath Thabari :

عن ابن عباس قال: في زمان يرد عملت الأصنام، ورجع من رجع عن الإسلام

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata: di zaman Yarad, dibuatlah berhala-berhala. Sehingga beberapa orang keluar dari Islam” (Tarikh Al Umam wal Muluk, 1/170).

Namun dalam sanad riwayat ini terdapat dua perawi yang lemah, bahkan muttaham bil kadzib. Sehingga riwayat ini sangat lemah. 

Pendapat ketiga: kesyirikan pertama terjadi pada keturunan Qabil bin Adam. 

Diriwayatkan oleh Ibnul Kalbi, dari ayahnya, ia berkata:

عن ابن عباس قال: وكان بنو شيث يأتون جسد آدم في المغارة فيعظمونه ويترحمون عليه، فقال رجل من بني قابيل بن آدم: يا بني قابيل! إن لبني شيث دواراً يدورون حوله ويعظمونه، وليس لكم شيء. فنحت لهم صنماً، فكان أول من عملها

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata: (ketika Nabi Adam wafat) Bani Syits meletakan jasad Nabi Adam di goa. Lalu jasad tersebut mereka agungkan dan mereka hormati. Kemudian salah seorang lelaki dari dari Bani Qabil berkata: wahai Bani Qabil, sesungguhnya Bani Syits memiliki tempat yang mereka biasa mengelilinginya (untuk ibadah) dan mengagungkannya. Sedangkan kalian tidak punya. Maka ia pun memahat berhala untuk kaumnya. Itulah kesyirikan yang pertama” (Al Ashnam karya Ibnul Kalbi, 50-51).

Sanad riwayat ini juga lemah dengan sisi kelemahan yang sama seperti pada poin yang kedua. Karena diriwayatkan dari jalan yang sama.

Keempat: kesyirikan pertama terjadi pada kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam. 

Dalilnya firman Allah Ta’ala :

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

“Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr” (QS. Nuh: 23).

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu menafsirkan ayat ini:

أسماء رجال صالحين من قوم نوح، فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون أنصاباً وسموها بأسمائهم ففعلوا، فلم تعبد، حتى إذا هلك أولئك وتنسخ العلم عبدت

“Ini adalah nama-nama orang shalih di zaman Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaumnya untuk membangun tugu di tempat mereka biasa bermajelis, lalu diberi nama dengan nama-nama mereka. Dan itu dilakukan. Ketika itu tidak disembah. Namun ketika generasi tersebut wafat, lalu ilmu hilang, maka lalu disembah” (HR. Bukhari no. 4920).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata:

كان بين نوحٍ وآدمَ عشرةُ قرونٍ كلُّهم على شريعةٍ من الحقِّ فاختلَفوا فبعث اللهُ النبيين مُبشِّرينَ ومُنذرِين

“Dahulu antara Nuh dan Adam terpaut 10 generasi. Mereka semua di atas syariat yang benar. Kemudian setelah itu mereka berpecah-belah sehingga Allah pun mengutus para Nabi untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan” (HR. At Thabari dalam Tafsir-nya [4048], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 3289).

Inilah pendapat yang rajih (kuat) berdasarkan dalil-dalil yang shahih. Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan: “Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh ‘alaihis shalatu was salam, dengan dalil firman Allah (yang artinya): “dan para Nabi setelahnya” (QS. An Nisa: 163). Allah mengutus Nuh pada kaumnya karena mereka ghuluw (berlebihan) dalam mengkultuskan orang shalih. Setelah sebelumnya manusia di atas tauhid seluruhnya sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalam sampai 10 generasi, semuanya di atas tauhid” (Syarah Tsalatsatil Ushul, 288).

Diantara faedah yang bisa kita ambil dari penjelasan ini adalah bahwa kesyirikan pertama terjadi karena pengkultusan terhadap orang shalih dan sikap ghuluw (berlebihan) kepada mereka. 

Maka hendaknya hati-hati, jauhi sikap ghuluw terhadap orang shalih dan mengkultuskan mereka. Karena akan membawa kepada kesyirikan. 

Semoga Allah memberi taufik.

***

Referensi: Mausu’ah ‘Aqadiyyah Durarus Saniyyah.

Penulis: Yulian Purnama

sunber: Muslim.or.id