Setelah hari berbangkit dan orang-orang dikumpulkan di Padang Mahsyar, mereka akan sibuk memikirkan dirinya sendiri, tak terkecuali para Nabi. Mereka sibuk menyelematkan diri mereka dari siksaan nereka. Namun, ada satu Nabi yang saat itu dimintai pertolongan, beliau adalah Nabi Muhammad SAW.
Abu Hurairah menuturkan bahwa suatu hari, dirinya berdoa bersama Rasulullah SAW dan sejumlah sahabatnya. Sekonyong-konyong sebuah hasta (kaki) kambing disodorkan ke hadapannya, Nabi SAW memang menyukainya. Kemudian beliau menggigitnya seraya berkata, “Aku penghulu manusia di hari kiamat. Apakah kalian tahu, apa sebabnya Allah SWT mengumpulkan semua manusia, sejak generasi pertama hingga generasi terakhir di satu tempat?”
Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran, para sahabat tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan rasul. Maka, Beliau melanjutkan ceritanya. “Lalu seorang memandang dan mendengar seruan mereka, dan matahari semakin mendekat ke arah mereka. Tak ayal , mereka pun kepanasan dan menanggung kesulitan yang tak sanggup diemban.”
“Mereka berkata, ‘Tahukah kalian apa yang sedang kita alami? Tahukah kalian apa yang sedang kita hadapi ? Tahukah kalian orang yang dapat meminta syafaat kepada Tuhan buat kita?’ Sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, ‘Bapak kita, Adam.’”
Disabdakan oleh Nabi SAW bahwa mereka lalu mendatangi Adam dan berkata, “Wahai Adam, bapak umat manusia. Allah SWT menciptakanmu dengan Tangan-Nya, meniupkan roh-Nya ke dalam dirimu, memerintahkan para malaikat untuk bersujud, dan menempatkanmu di surga. Maukah engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami? Tahukah kamu apa yang kami alami dan menimpa kami saat ini?”
Adam menjawab, “Sesungguhya, Tuhanku sangat marah pada hari ini. Dia tidak pernah marah seperti itu sebelum dan sesudahnya. Dia pernah melarangku mendekati pohon, namun kulanggar. Aku sibuk mengurusi diriku sendiiri. Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Nuh!”
Mereka pun mendatangi Nuh dan berkata, “Wahai Nuh, engkau addalah Rasul pertama yang diutus kepada penduduk bumi. Allah SWT menilaimu sebagai hamba yang banyak bersyukur. Tahukah engkau apa yang menimpa kami saat ini? Maukah engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami?”
Nuh menjawab, “Sesungguhnya, hari ini Tuhanku sangat marah. Dia tidak pernah marah seperti itu sebelum dan sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa yang telah kuserukan supaya Tuhan menghukum kaumku. Aku sibuk mengurusi diriku sendiri. Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Ibrahim!”
Doa yang dimaksud Nabi Nuh AS ialah doa yang dipanjatkan ke hadirat Allah SWT saat dirinya marah kepada kaumnya yang mendustakannya serta menyatakan tetap dalam kekufuran. Setelah doa itu dipanjatkan Nuh, terjadilah banjir yang sangat dahsyat, sebagaimana diabadikan dalam dua ayat berikut:
“Dan Nuh berkata, “Wahai Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat durhaka (maksiat) lagi kafir.’” (QS. Nuh:26-27)
Kemudian mereka pun mendatangi Ibrahim dan berkata, “Wahai Nabi Allah dan kekasih-Nya, mintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami. Tahukah engkau, apa yang kami alami saat ini?” Ibrahim menjawab, “Tuhanku sangat marah hari ini. Dia tidak pernah marah seperti itu sebelum dan sesudahnya. Aku pernah berdusta tiga kali. Aku sibuk mengurusi diriku sendiri. Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Musa!”
Lalu mereka mendatangi Musa dan berkata, “Wahai Musa, Allah SWT melebihkanmu dengan risalah dan kalam-Nya dibandingkan manusia lain. Mintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami. Tahukah engkau, apa yang kami alami saat ini? Musa berkata, “Tuhanku sangat marah hari ini. Dia tidak pernah marah seperti itu sebelum dan sesudahnya. Aku pernah membunuh jiwa yanng sebenarnya dilarang. Aku sibuk mengurusi diriku sendiri.”
Mereka lalu mendatangi Isa AS dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya disampaikan kepada Maryam serta roh dari-Nya. Engkau juga dapat berbicara saat masih dalam buaian. Mintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami.”
Isa menjawab, “Tuhanku sangat marah hari ini. Dia tidak pernah marah seperti ini sebelum dan sesudahnya. Aku sibuk mengurusi diriku sendiri. Pergilah kepada selainku. Pergilah kepada Muhammad!”
Maka, mereka pun mendatangi Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Wahai Nabi Allah, Muhammad engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah SWT mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Mintakanlah syafaat kepada Tuhanmu untuk kami. Tahukah engkau, apa yang kami alami saat ini?”
Maka, Nabi Muhammad SAW bertolak hingga sampai di bawah Arsy.’ Beliau bersimpuh sujud kepada Allah.
“Kemudian Allah SWT membuka pintu hatiku untuk memuji-Nya yang belum pernah dilakukan kepada seorang pun sebelumku,” kata Nabi.
Maka Allah berkata, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu! Mintalah, niscaya permintaanmu akan dikabulkan; dan syafaatilah, niscaya syafaatmu akan diterima.”
Lalu aku mengangkat kepalaku seraya berucap, “Umatku, wahai Tuhanku, umatku! Wahai Tuhanku, umatku.”
Lalu dijawab oleh Allah SWT, “Wahai Muhammad, masukkanlah umatmu yang tidak dihisab melalui pintu surga sebelah kanan.”
Rasulullah SAW mengakhiri sabdanya kepada para sahabat dengan mengatakan: “Demi Zat yang jiwaku ada di tangannya, jarak antara kedua daun pintu surga itu seperti jarak antara kota Makkah dan kota Bushra (sebuah kota di Syam di Suriah).” (HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)