PERNAHKAH kita menduga sejak lama bahwa hidup kita akan seperti ini? Menjalani hidup di sini dengan orang-orang tertentu di sekeliling kita dan dengan takaran rizki yang kita dapatkan kini. Kebanyakan kita akan menjawab: “Tidak menyangka seperti ini.” Lalu, siapa yang menjalankan hidup ini dan mengantarkan kita pada titik ini?
Bacalah kembali kisah indah kehidupan Nabi Yusuf dalam al-Qur’an maka jawabannya akan jelas. Saudaranya yang iri membuang beliau ke dalam sumur saat beliau masih kecil. Tujuannya adalah biar mati. Allah tak berkehendak beliau wafat, lalu dikirimkanNya kafilah yang butuh air. Datanglah ke sumur itu untuk menimba, Yusufpun selamat.
Dijuallah Nabi Yusuf untuk dijadikan budak. Allah tak berkenan. Allah tanamkan rasa buth pada Penguasa Mesir untuk mengambilnya sebagai anak yang dibesarkan dalam istana. Kisahnyapun berubah tema menjadi “dari sumur menuju istana.”
Di istana, beliau tertimpa fitnah. Kebenaran terkalahkan oleh kekuasaan. Beliau di penjara lama sekali. Allah tanamkan rasa butuh di hati penguasa, butuh juru tafsir mimpi. Yusufpun tampil sebagai penafsir jitu yang menjadikan beliau keluar dari penjara.
Krisis ekonomi terjadi, rakyat butuh makan saat paceklik. Semua butuh pemimpin yang hebat untuk keluar dari krisis. Kondisi ini yang akhirnya menjadikan beliau sebagai penguasa Mesir yang menyelesaikan masalah.
Kalau Allah yang mengatur, ada saja sebab yang menjadi akibat. Sebab itu kadang kala tak enak, namun akibatnya bisa jadi enak. Tanpa terasa, tiba-tiba kita bahagia setelah lama menjalani derita. Ada Allah Yang Mengatur. Dekatlah denganNya dan selalulah pasrah kepadaNya.
Oleh :Â KH Ahmad Imam Mawardi