Ahli hadis adalah orang yang mulia. Rasulullah mengatakan bahwa seorang ahli hadis adalah penjaga agama. Maka untuk menjadi ahli hadis, penting bagi seseorang mempelajari terkait hadis. Pada tulisan kali ini mengangkat tema terkait keutamaan belajar ilmu hadis bagi seorang Muslim.
Syahdan, Mei 2019 silam. Indonesia gempar. Pasalnya, sejak masuk awal Ramadhan dua tahun lalu, muncul pesan berantai di media sosial. Pesannya membuat bulu kuduk merinding. “Kiamat akan terjadi pada malam Jumat atau hari Jumat pertengahan bulan Ramadan 2019,” begitu isinya.
Isu ini berhembus kencang. Tak terbendung. Bagaimana tidak? Para dai dan penceramah agama, ikut pula meniupkan isu ini. Jadilah laman media sosial menjadi lapak tsunami informasi “Kiamat” di pertengahan bulan Ramadhan.
Tak sedikit masyarakat awam yang mempercayai isu ini. Tak terhitung orang yang resah akibat isu ini. Orang tua khawatir akan kematiannya. Anak muda, cemas akan masa depannya. Remaja kalang kabut. Dan perempuan, takut akan huru-hara yang akan menimpa.
Lantas apa yang menyebabkan masyarakat percaya akan isu kiamat di pertengahan bulan Ramadhan 2019 lalu? Jawabannya singkat dan jelas; “dalam broadcast di media sosial mencantumakan sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat Nabi Abdullah bin Mas‘ud tentang hari kiamat”.
Hadis inilah yang membuat masyarakat Indonesia percaya isu ini. Di tambah lagi dengan penjelasan yang didengungkan oleh para dai dan penceramah agama. Jadilah isu ini kian tak terbendung. Dan ujung-ujungnya membuat ketegangan di tengah masyarakat.
Adapun bunyi hadis tersebut sebagai berikut;
«إِذَا كَانَتْ صَيْحَةٌ فِي رَمَضَانَ فَإِنَّهُ يَكُونُ مَعْمَعَةٌ فِي شَوَّالٍ، وَتَمْيِيزُ الْقَبَائِلِ فِي ذِيِ الْقَعْدَةِ، وَتُسْفَكُ الدِّمَاءُ فِي ذِيِ الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ، وَمَا الْمُحَرَّمُ» ، يَقُولُهَا ثَلَاثًا، «هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ، يُقْتَلُ النَّاسُ فِيهَا هَرْجًا هَرْجًا» قَالَ: قُلْنَا: وَمَا الصَّيْحَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: ” هَدَّةٌ فِي النِّصْفِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ جُمُعَةٍ
Artinya: Bila terdengar suara dahsyat terjadi pada bulan Ramadan, maka akan terjadi suatu huru-hara pada bulan Syawal, semua suku akan saling berselisih pada bulan Zulqa’dah, pertumpahan darah terjadi pada bulan Zulhijah dan Muharam, dan apa itu Muharam? “Pada bulan itu banyak manusia yang terbunuh.” Rasulullah sampai mengulangnya tiga kali. Para sahabat pun bertanya, “Suara dahsyat apa itu, Rasul?” Rasulullah menjawab, “Suara keras yang terjadi pada pertengahan bulan Ramadan, yaitu tepatnya malam Jumat.
Padahal bila orang yang mengerti akan ilmu hadis ia akan segera paham dan menganalisa hadis tersebut. Ustadz Ibn Haris dalam Telaah Hadis Kiamat Terjadi pada Malam Jumat Pertengahan Ramadan, menyebutkan dalam hadis ini terdapat perawi yang bermasalah. Perawi itu bernama Ibnu Lahi’ah. Pelbagai dokumentasi kitab-kitabnya habis terbakar, dan membuatnya banyak kehilangan dokumentasi riwayat-riwayat hadis.
Lebih dari itu, dalam ilmu hadis, Ibnu Lahia’ah dikategorikan sebagai orang yang tidak dhabit (kuat ingatan). Itu menjadi masalah dalam ilmu hadis. Selain itu, terdapat tiga nama rawi yang bermasalah dalam sanad hadis ini. Ini menjadikan hadis ini tak dapat menjadi pegangan yang kuat.
Ahli hadis penjaga agama yang adil
Seyogianya, ilmu hadis adalah ilmu yang penting. Pun belajar hadis suatu keniscayaan bagi seorang muslim. Pasalnya, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang belajar Ilmu hadis. Kemuliaan akan senantiasa terpancar dari manusia yang mendalami dan belajar ilmu hadis.
Itulah sekilas faedah belajar ilmu hadis. Dalam buku Keutamaan Belajar Ilmu Hadis, karya Al Khatib al Baqdadi—yang diterjemahkan oleh M. Khoirul Huda dan Rudi Fachruddin—, kemudian diterbitkan oleh eBi Publishing memuat sebuah pesan dari baginda Nabi yang memuat keistimewaan belajar hadis.
Nabi bersabda;
نضر الله عبدا سمع مقالتي فوعاها , ثم اداها الى من لم يسمعها فرب حامل فقه لا فقه له , و رب حامل فقه الى من هو افقه منه.
Artinya: Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang telah mendengar sabda ku lalu dia menjaganya, lalu menyampaikannya pada orang yang belum mendengarnya. Bisa jadi orang membawa hadis ia tidak paham tentangnya, bisa jadi orang yang membawa hadis menyampaikan kepada orang yang lebih paham. (Keutamaan Belajar Ilmu Hadis, hlm, 7).
Di samping itu, buku setebal 108 halaman ini juga memuat keutamaan lain orang yang belajar hadis. Al Khatib Al Bagdadi memberikan julukan bagi orang yang belajar hadis dan paham hadis sebagai “penjaga agama yang adil”. Begitu tertulis, (lihat hlm, 14).
Julukan dirasa tepat. Tak berlebihan. Pasalnya, para ahli hadis dan orang yang belajar hadis akan paham dan mengerti status dan kategori hadis. Ia akan paham asbabul wurud hadis. Status hadis; hasan, shahih, dhaif, dan maudu’. Ia juga akan paham jenis hadis ini; gharib, mursal, marfu’, atau mutawatir.
Jadi orang yang belajar hadis berfungsi sebagai penjaga agama. Ia menunjuki manusia terkait sebuah hadis. Ia akan paham kontekstualisasi hadis tersebut. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh baginda Nabi;
يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين و انتحال المبطلين و تأويل الجاهلين
Artinya: ilmu ini akan selalu diemban oleh orang tertentu pada setiap generasi, mereka yang akan menyingkirkan tahrif (manipulasi) dari para pendusta, penolakan para pembangkan hadis, dan tafsir menyimpang orang-orang yang jahil.
Saking pentingnya belajar ilmu hadis, ada seorang penguasa Islam yang sangat perhatian terhadap studi hadis. Tak main-main, sang penguasa juga memberikan beasiswa untuk para pelajar yang ingin belajar hadis. Dana itu ia ambil dari baitul mal kaum muslimin.
Penguasa itu bernama khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia seorang khalifah Islam yang tertarik pada ilmu hadis. Ia juga pernah menulis sebuah surat kepada penguasa Homs yang isinya memerintahkan alokasi anggaran kepada para ulama— dan pelajar yang berminat— agar mereka fokus belajar ilmu hadis. (hlm, 49)
Pada sisi lain, Gubernur Mesir Amar bin Ash juga memiliki perhatian besar terhadap ilmu hadis. Ia bahkan menyeru pada generasi muda untuk belajar hadis. Pasalnya, orang yang belajar hadis akan menjadi suluh agama dan umat.
Tips agar anak tertarik belajar hadis
Dalam buku Keutamaan Belajar Ilmu Hadis, al Bagdadi juga merilis tips agar seorang anak tertarik untuk belajar ilmu hadis. Ibrahim bin Adham, mengisahkan pengalamannya belajar ilmu hadis dalam buku ini. Ahli sufi dan hadis ini mengisahkan bahwa pada usia din, sang ayah sudah giat membentuk dirinya untuk jadi ahli hadis.
Pelbagai usaha telah ditempuh sang ayah agar sang anak mau belajar ilmu hadis. Salah satunya adalah memberikan satu dirham pada setiap hadis yang ia peroleh dan hafalkan. Di samping itu, sang ayah juga mengajak bertemu dengan ulama ahli hadis. Langkah ini dimaksudkan agar sang anak tertarik untuk mendalami ilmu hadis.
Demikian sekilas terkait tentang kandungan buku isi Keutamaan Belajar Ilmu Hadis. Buku ini layak ini untuk dibaca oleh orang yang ingin mendalami hadis. Di samping ini, buku ini bukan saja berisi tips belajar hadis, dalam buku ini juga terdapat pelbagai kisah para ulama yang belajar hadis.
Tak cukup sampai di sini, buku ini juga menyuguhkan pelbagai persoalan dalam literatur hadis. Yang cukup menambah ilmu pengetahuan pembaca tentang hadis. Pendek kata, buku ini sangat direkomendasi bagi Anda yang ingin belajar terkait hadis Nabi.
Dan bagi Anda yang berminat untuk memiliki buku ini, dapat dipesan di link berikut Keutamaan Belajar Ilmu Hadis: Terjemah Kitab Syaraf Ashabil Hadits. Selain konten dan isi buku ini yang begitu menarik, terjemahannya pun terbilang cukup bagus. Para penterjemah sukses mengalihbahasakan buku ini dengan bahasa yang Indonesia yang baku dan baik sekali. Selamat membaca. []
Judul : Keutamaan Belajar Ilmu Hadis
Penulis : Al Khatib al Bagdadi
Penerbit : Ebi Publishing
Cetakan II : Juni 2021
Tebal : 108
ISBN : 978-623-6621-04-02