Khutbah Idul Fitri 2023: Menyongsong Kemenangan Idul Fitri  

Khutbah Idul Fitri 2023: Menyongsong Kemenangan Idul Fitri  

Saat ini kita tengah berada di akhir Ramadhan. Tak berselang lama lagi kita akan berada di bulan Syawal. Artinya, kita akan menyambut Idul Fitri. Nah berikut judul Khutbah Idul Fitri 2023; menyongsong kemenangan Idul Fitri.

Khutbah I

(اللهُ أَكْبَرُ x9) اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَأَدْبَرَ. اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا صَامَ صَائِمٌ وَأَفْطَرَ. اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا نَبَتَ نَبَاتٌ وَأَزْهَرَ. وَكُلَّمَا أَوْرَقَ عُوْدٌ وَأَثْمَرَ. وَكُلَّمَا أَطْعَمَ الْقَانِعُ وَالْمُعْتَرُّ. اللهُ أَكْبَرُ… اللهُ أَكْبَرُ… اللهُ أَكْبَرُ… لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ… وَاللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Hadirin Jamaah  pendengar Khutbah Idul Fitri 2023 

Cemas dan harap yang dalam istilah tasawuf disebut khauf dan raja’ adalah dua kualitas penempuh laku spiritual yang mesti dijalankan secara bergandengan. Imam al-Qusyairi menukil perumpamaan yang indah untuk menjelaskan perlunya menyelaraskan antara keduanya dari Abu Ali al-Rudzbari.

الخوف والرجاء هما كجناحي الطائر إِذَا استويا استوى الطير وتم طيرانه وإذا نقص أحدهما وقع فِيهِ النقص وإذا ذهبا صار الطائر فِي حد الْمَوْت.

“Cemas dan harap ibarat sepasang sayap burung. Apabila keduanya selaras, maka burung pun dapat bertengger dan terbang dengan sempurna. Tapi apabila terdapat cacat pada salah satunya, terbangnya pun akan menjadi cacat. Sedangkan apabila kedua sayapnya lenyap, itu artinya burung itu telah tiba di ambang kematian.” (al-Qusyairi, al-Risalah al-Qusyairiyah, 1/260).

Secara pengamalan, al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulum al-Din, menyebut kombinasi khauf dan raja sebagai salah satu syarat batin dari puasa. Al-Ghazali mengatakan;

 السادس أن يكون قلبه بعد الإفطار معلقاً مُضْطَرِبًا بَيْنَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ إِذْ لَيْسَ يَدْرِي أَيُقْبَلُ صَوْمُهُ فَهُوَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ أَوْ يُرَدُّ عَلَيْهِ فَهُوَ مِنَ الْمَمْقُوتِينَ وَلْيَكُنْ كَذَلِكَ فِي آخر كل عبادة يفرغ منها

“Syarat batin dari puasa yang keenam yaitu setelah berbuka, hati orang yang berpuasa terpaut dengan rasa pesimis dan optimis. Sebab belum tentu puasanya diterima sehingga ia termasuk golongan orang-orang yang didekatkan dengan Allah. Atau justru puasanya tak diterima lantas ia termasuk kalangan yang dibenci. Hendaklah bersikap demikian setiap kali selesai melakukan ibadah.” (Abu Hamid al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, 1/235).

Hadirin Jamaah  pendengar Khutbah Idul Fitri 2023 

Dalam menghadapi momentum Idul Fitri rasa pesimis dan optimis mestinya juga tidak boleh dikesampingkan. Memang tidak salah menunjukkan rasa bahagia atas hadirnya hari yang mulia ini. Bahkan memang seharusnya. Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari mengungkapkan;  

أَنَّ إِظْهَارَ السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّينِ

“Sesungguhnya menampakkan rasa bahagia pada hari-hari Id merupakan syiar agama,” (Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, 2/433).

Akan tetapi, ingar-bangar Idul Fitri dengan aneka suguhan dan makanan lezat, juga riasan dan busana istimewa berpadu suasana hangat berkumpul dengan sanak keluarga dan orang-orang terkasih di hari itu rentan menyeret kita pada euforia.

Alih-alih menjadi cerminan keberhasilan puasa kita, Idul Fitri justru menjadi momentum berfoya-foya; melampiaskan hawa nafsu yang diredam selama sebulan penuh. Lupalah kita pada urusan akhirat.

Pada momen demikian, tentu yang kita butuhkan adalah pengingat. Nah, dalam rangka itu, Ulama kita khususnya dari kalangan Syafi’iyah menganjurkan agar kita membaca Surah Qaf pada rakaat pertama dan Surah al-Qamar di rakaat kedua salat id, atau Surah al-A’la pada rakaat pertama dan Surah al-Ghasyiyah pada rakaat kedua. Yang mana masing-masing surah tersebut mengandung narasi-narasi tentang dahsyatnya kiamat dan hari akhir.

Abdul Wahhab al-Sya’rani mengatakan bahwa membaca surah-surah tersebut diproyeksikan sebagai reminder (pengingat) agar kita tidak terlena oleh euforia hari raya. Yuris cum mistikus yang hidup pada abad ke-X Hijriyah ini menyatakan, 

فكان قراءة هذه السورة المعينة كالمذكر للعبد لئلا يطول عليه زمن الغفلة عن الله تعالى وعن الدار الأخرة فيموت قلبه أو يضعف

“Membaca surah-surah tertentu tersebut adalah sebagai pengingat bagi seorang hamba. Agar ia tidak terlalu lama lalai dari Allah Ta’ala dan kampung akhirat lantas hatinya mati atau melemah.” (Abdul Wahhab al-Sya’rani, al-Mizan al-Kubra, 1/213).

Hadirin Jamaah  pendengar Khutbah Idul Fitri 2023 

Dalam beberapa literatur, kita dapat mengambil pelajaran dari generasi salah. Di saat galibnya umat Islam berbahagia menyambut hari raya, sebagian generasi salaf justru merasa sedih. Alih-alih bergembira ria, sebagian mereka justru tampak murung karena akan berpisah dengan bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Di samping itu mereka khawatir amal ibadah yang mereka lakukan tidak diterima dan dosa-dosa mereka tidak diampuni. 

Ibn Rajab al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma’arif misalnya, menukil riwayat yang mengisahkan Umar bin Abdul Aziz. Dikisahkan bahwa pada hari Idul Fitri sang Khalifah keluar dari istana. Sang Khalifah pun berkhotbah di hadapan masyarakatnya. 

“Wahai manusia! Kalian telah berpuasa karena Allah sebulan penuh. Kalian juga telah menghidupkan malam Ramadhan selama tiga puluh malam. Hari ini kalian keluar seraya berharap agar Allah menerima amal ibadah kalian semua. Ketahuilah bahwa sebagian generasi salaf justru tampak bersedih ketika hari Idul Fitri. 

Lantas sebagian mereka itu ditanya, ‘Bukankah ini hari berbahagia dan suka cita?’ Sebagian mereka pun menjawab, ‘Kalian benar ini adalah hari berbahagia. Namun aku hanya seorang hamba yang oleh Tuhanku diperintahkan untuk beramal untuk-Nya. Sementara aku tak tahu apakah amal diterima’” (Ibn Rajab, Lathaif al-Ma’arif, 209).

Hampir serupa dengan kisah dalam riwayat di atas, Ibn al-Jauzi dalam al-Tabshirah menukil kisah Shalih bin Abdul Jalil. Disebutkan bahwa ketika Idul Fitri tiba, Shalih bin Abdul Jalil mengumpulkan keluarganya. Ia duduk di tengah mereka sembari menangis. Saudara-saudaranya mengherankan mengapa ia bersedih padalah ini adalah hari bergembira. 

Shalih bin Abdul Jalil menjawab, “Kalian benar ini adalah hari bergembira. Tetapi aku hanya seorang hamba yang oleh Tuhanku diperintahkan  beramal untuk-Nya. Aku pun beramal namun aku tak tahu apakah Tuhanku menerima atau menolak amalku. Maka bersedih lebih utama bagiku,” (Ibn al-Jauzi, al-Tabshirah, 2/110).

Namun demikian, bukan berarti kita juga harus dilahap kesedihan. Sebab idealnya kita bisa memadukan perasaan sedih dan gembira secara simultan pada momen hari raya. Sebagaimana diungkapkan al-Sya’rani,

الكامل من شرطه أن يجمع بين الفرح والحزن معا في يوم العيد 

“Yang purna adalah memadukan senang dan sedih di hari Id”. (Abdul Wahhab al-Sya’rani, al-Mizan al-Kubra, 1/213)

Dan terahir, semoga puasa yang kita lakukan selama satu bulan penuh di terimah oleh Allah Saw. Perlakuan atau pekerjaan baik seperti tadarus, tarawih dan lainnya menjadi tambahan dari pahala yang sudah kita dapat atau paling tidak menjadi penembel dari kesalahan yang telah kita perbuat selama bulan Ramadhan. Dan yang pasti semoga kita bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan berikutnya. Amin amin ya rabb alamin.

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسَتَمِعُوْا لَهُ وَأَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبِلْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِمَّا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ. اللهُ أَكْبَرُ… اللهُ أَكْبَرُ… اللهُ أَكْبَرُ… اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

BINCANG SYARIAH