cucu nabi

Kisah Cucu Nabi Saw. Makan Bersama Orang-Orang Miskin di Pinggir Jalan

Saat kita diundang orang, ada sekian adab atau etika yang ditekankan oleh al-Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin. Sejumlah etika ini, menurut penulis masih sangat relevan di masa sekarang diantaranya adalah, menurut al-Ghazali, tidak memilih-memilih pengundang berdasarkan strata ekonominya.

Dan, persoalan memandang orang lain berdasarkan tingkat ekonominya, adalah diantara problematika masyarakat kontemporer hari ini yang bisa dikatakan sebagai salah satu akhlak yang kurang baik adalah menilai orang hanya dari segi seberapa banyak kepemilikannya terhadap harta. Baik, ada lima adab diundang orang menurut Imam al-Ghazali.

Yang pertama adalah tidak membeda-bedakan antara undangan orang kaya dan orang miskin. Yang masih membeda-bedakan, adalah salah satu bentuk kesombongan (huwa at-takabbur al-manhiyyu ‘anhu) seperti ditegaskan oleh al-Ghazali. Landasannya bahkan ditemukan dalam hadis Nabi Saw. sendiri dan ada kisah salah seorang cucu baginda Nabi Saw., Imam al-Husain bin ‘Ali yang menerima ajakan makan pengemis di pinggir jalan. Hadisnya adalah sebagai berikut,

كان رسول الله يجيب دعوة العبد ودعوة المسكين

Rasulullah Saw. itu menerima undangan dari budak atau orang yang miskin (H.R. Tirmidzi dan al-Hakim)

Menurut Imam al-‘Iraqi, al-Imam At-Tirmidzi menilai hadis ini lemah, sementara al-Hakim menilai hadis ini sahih.

Kisah berikutnya adalah Imam al-Husain, yang di suatu hari melewati sekelompok orang-orang yang miskin dan sedang meminta-minta kepada orang yang lewat. Lalu ada yang membagi-bagikan roti di sepanjang perjalanan, dan orang-orang yang miskin menerimanya. Ketika Imam al-Husain bin ‘Ali lewat dengan menunggangi seekor keledai, ia mengucapkan salam kepada mereka yang miskin. Lalu mereka yang miskin mengajak Imam al-Husain untuk makan bersama. Imam al-Husain lalu bergumam.

إن الله لا يحب المستكبرين

Allah tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.

Ia pun turun dari keledainya dan duduk bersama mereka untuk makan bersama. Setelah selesai makan bersama orang-orang miskin, ia bangkit untuk pamit. Tapi sebelum pamit beliau mengatakan, “saya sudah penuhi ya undangan kalian. Maka nanti penuhi ya undangan saya”, pinta Husain bin ‘Ali. Mereka pun mengiyakan. Setelah ditentukan waktunya, mereka pun datang, dan Imam Husain menyajikan makanan terbaik dan ia duduk makan bersama mereka.

BINCANG SYARIAH