Berbeda dengan wahyu-wahyu yang lain –yang selalu melalui perantara Malaikat Jibril– perintah shalat lima waktu langsung disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, ketika Isra’ Mi’raj. Ini sebagai pertanda, betapa pentingnya ibadah shalat lima waktu itu. Hukum shalat pun wajib. Ibadah ini pula yang membedakan umat Islam dari umat beragama yang lain.
Dalam rukun Islam, shalat pun menempati urutan kedua setelah syahadat. Karena itu, sudah seharusnya shalat lima waktu itu kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan yang lebih penting lagi, shalat itu harus kita laksanakan dengan khusyuk.
Shalat, menurut etimologi berarti doa mohon kebajikan. Dalam berdoa, kita tentu melakukannya dengan penuh kesungguhan. Sudah semestinya kita juga harus sungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat. Shalat itu penuh simbol dan makna –baik dalam gerakan-gerakannya maupun dalam bacaan-bacaannya, sehingga kita juga harus sungguh-sungguh memahami maknanya.
Khusyuk dalam shalat pun menjadi wajib hukumnya. Sesungguhnya seseorang tidak mendapat pahala dari shalat yang dikerjakannya, kecuali ia dapat menghayati lafadz yang dibacanya dalam shalat. Nabi Muhammad SAW bersabda, ”Kamu tidak mendapat pahala dari shalatmu, kecuali kamu dapat menghayati apa yang dibaca di dalamnya.” (HR Al-Baihaqi).
Jadi, untuk bisa khusyuk dalam shalat, pertama-tama kita memang harus tahu arti dari bacaan yang kita lafadzkan. Berikutnya, bacaan-bacaan dalam shalat itu kita hayati sepenuhnya agar makna semua bacaan-bacaan itu meresap ke dalam hati sanubari kita.
Memang, untuk bisa khusyuk dalam shalat bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila kamu berdiri melaksanakan shalat, maka hendaklah shalat seperti shalatnya orang yang hendak meninggal dunia.” (HR Ahmad).
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya, Ihya Ulumiddin, khusyuk adalah ruhnya shalat. Sedangkan khusyuk itu adalah buah dari iman dan hasil keyakinan akan Keagungan Allah Azza Wa Jalla. Barang siapa yang dikaruniai hal itu, maka ia akan khusyuk di dalam shalat dan di luar shalat. Karena yang menimbulkan khusyuk adalah kesadaran bahwa Allah selalu mengamati hamba-Nya di manapun dia berada.
Bila saja rasa khusyuk itu telah bersemayam di setiap hati sanubari kita, tentu tak akan ada lagi yang namanya korupsi, kolusi, manipulasi, nepotisme, perjudian, penipuan, pelacuran, dan kejahatan lainnya. Tapi kenyataannya, hal itu masih banyak terjadi di negeri kita. Mengapa?
Untuk itu, kita semua memang layak bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita sudah khusyuk dalam melaksanakan shalat? Atau, selama ini kita memang belum pernah melaksanakan ibadah shalat? Kalau begitu, mari kita mulai melaksanakannya sekarang dengan khusyuk. Allah sudah menjanjikan bahwa ibadah shalat bisa mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar. Pastilah, janji Allah itu benar adanya asal kita juga bisa menegakkan shalat dengan benar.