Memuji Nabi Muhammad ada adabnya.
Sangat banyak kemuliaan yang akan dapatkan umat Islam yang memuji Nabi Muhammad Saw dengan shalawat. Karena, dalam setiap pujian yang dihaturkan terdapat senang dan bahagianya Nabi.
Dalam setiap kebahagiaan Nabi tentunya tersimpan keridhaan beliau. Hal inilah yang otomatis membuat Allah Swt juga ridha kepada hamba yang selalu memuliakan dan memuji Rasul-Nya.
Namun, Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan dengan tegas dalam sebuah hadits bahwa umat Islam tidak boleh mengkultuskan seorang nabi seperti halnya kaum non Muslim.
Dalam hadits riwayat Imam al-Bukhari No: 3189 dari sahabat Umar RA. Rasulullah bersabda:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku sebagaimana orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah (bahwa Aku hanyalah) ‘abduhu wa rasuuluhu (hamba Allah dan utusan-Nya.”
Karena itu, ketika umat Islam memuji Rasulullah Saw hendaknya dilakukan dengan adab yang dibenarkan syariat, sehingga niat baik memuji banginda Nabi tak berubah menjadi hal yang malah membuatnya terjerumus dalam kesalahan dan berujung dosa.
Dikutip dari Tanwirulafkar, hal itu telah diwanti-wanti oleh pengarang Qashidah al-Burdah Imam Syarif al-Din Muhammad bin Sa’id al-Bushiri dalam baitnya,
دَعْ مَا ادَّعَتْهٌ النَصَارَى فِي نَبِيِّهِمِ
وَاحْكُمْ بِمَا شِئْتَ مَدْحًا فِيْهِ وَاحْتَكِمِ
وَانْسُبْ إِلَى ذَاتِهِ مَا شِئْتَ مِنْ شَرَفٍ
وَانْسُبْ إِلَى قَدْرِهِ مَا شِئْتَ مِنْ عِظَمِ
“Jauhilah (jangan kau ikuti) pujian yang dilakukan orang Nasrani terhadap Nabi Mereka. Dan tetaplah menyanjung Nabi Muhammad Saw dengan pujian sesukamu, dan teruslah kau tetapkan keutamaan untuknya.”
“Nisbahkan semua bentuk kemuliaan pada zat Nabi Muhammmad saw. sesukamu. Dan nisbahkan pula semua penghormatan dan ketinggian sebuah derajat pada derajat Nabi Muhammmad saw. sesukamu.”