“Mandikanlah Jenazah Orangtuamu Sendiri!”, Kenapa?

SAHABAT yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, ketahuilah bahwa 99% lebih orang yang beragama islam ketika meninggal dunia, jenazah mereka tidak diurus oleh anak-anak mereka melainkan oleh orang lain dikarenakan buta syariat. Berdasarkan syariat yang berhak mengurus jenazah seorang muslim adalah sebagai berikut:

1. Muslim berakal

2. Sesuai wasiat dari si mayit
a. Jika si mayit telah mewasiatkan kepada seseorang tertentu untuk memandikan jenazahnya maka orang itulah yang berhak memandikan
b. Jika si mayit tidak mewasiatkan kepada siapapun maka yang berhak adalah ayahnya atau kakek-kakeknya, kemudian anak laki-lakinya atau cucu-cucunya yang laki-laki.
c. Jika tidak ada yang mampu, keluarga mayit boleh menunjuk orang yang amanah lagi terpercaya untuk memandikannya. Atau orang yang paling mengusai fikih tentang perawatan jenazah sesuai syariat
d. Demikian pula halnya jika si mayit adalah seorang wanita. (yaitu sesuai dengan wasiatnya jika ada, jika tidak ada maka ibunya atau nenek-neneknya, kemudian anak perempuannya atau cucu-cucunya yang perempuan. Jika tidak ada maka keluarganya boleh menunjuk seorang wanita yang amanah lagi terpercaya untuk memandikannya)

3. Sama jenis kelaminnya, artinya bila yang meninggal wanita maka yang memandikan wanita juga, demikian sebaliknya. Kecuali suami istri, untuk anak-anak yang masih dibawah 7 tahun, atau keadaan darurat lainnya yang membolehkan untuk memandikan jenazah beda jenis kelamin dengan yang memandikan.

4. Dianjurkan agar yang memandikan jenazah tersebut memilih dua orang dari keluarga si mayit. Seorang diantaranya yang terlihat tanda-tanda ketaatan pada wajahnya agar dapat memberikan pengarahan ketika memandikan jenazah tersebut. Seorang lagi yang tampak tanda-tanda maksiat dan dosa pada dirinya sehingga ia dapat menyaksikan jenazah dimandikan dan dibolakbalikkan, mudah-mudahan pemandangan seperti itu menjadi pelajaran baginya dan membuatnya terhenyak lalu sadar dan bertobat kepada Allah Ta’ala. “Bukankah kematian sudah cukup menjadi pelajaran bagi kita?”

5. Tidak diperbolehkan masuk ke tempat memandikan jenazah tersebut lebih dari tiga orang. Karena hal itu tidak disukai.

Selanjutnya, izin kan saya mengajak sahabat sekalian mengulas masa lalu ketika kita baru saja dilahirkan dalam keadaan lemah, saat itu orang tua kita berusaha mengurus kita, mereka memandikan kita dengan sabun terbaik, mereka memakaikan pakaian terbaik kepada kita, mereka memberikan minyak-minyakkan mulai dari minyak wangi, minyak kayu putih, minyak rambut, bedak, dan lain sebagainya agar kita bersih, wangi dan rapi. Semua yang terbaik untuk kita, sang buah hati.

Lalu orangtua kita membawa kita jalan-jalan sore atau jalan-jalan pagi sambil menimang dan memberikan kita makanan terbaik, susu terbaik, dan menghalau segala apapun yang mungkin dapat menyakiti kita, baik berupa perkataan karena adanya kekurangan kita saat dilahirkan, perbuatan yang tidak baik kepada kita, atau hewan kecil yang mungkin mengganggu kita, bahkan menghalau roh halus yang mungkin datang mengganggu dengan membacakan ayat-ayat pengusir jin di dekat kita.

Mereka ajak kita bicara seraya mengajarkan berbagai kalimat yang baik agar kelak kita mampu bertutur kata yang baik. Dan masih banyak lagi yang mereka lakukan karena cintanya kepada kita yang tak mungkin saya sebutkan satu per satu dalam artikel sederhana ini. Namun dalam tulisan ini saya ingin bertanya suatu hal, yaitu: “Tidak inginkah kita membalas budi baik orangtua kita dengan mengantarkan kepulangannya menuju RABBUL ‘IZZATI?”

Tidak kah kamu mengetahui wahai sahabat ku yang semoga Allah Ta’ala muliakan kamu, bahwa seseorang yang sakratul maut sangat membutuhkan tuntunan dalam melafalkan SYAHADAT agar kepulangannya dalam keadaan khusnul khotimah? Tidak kah kamu mengetahui bahwa seseorang yang sakratul maut mendapatkan godaan dari setan, sedangkan ia berusaha mempertahankan iman dalam dadanya, tidak kah kamu ingin menghalau gangguan tersebut dengan membacakan Kalamullah di dekat kedua orangtuamu sebagaimana mereka melakukannya di kala kamu balita?

Wahai saudara ku yang semoga kamu dimuliakan Allah Ta’ala, sahabatku mungkin saja orangtua kita merahasiakan kekurangan pada fisiknya rapat-rapat karena mereka sangat malu jika diketahui oleh orang lain, seumur hidupnya. Tidak kah kita ingin menjaga kehormatan mereka dengan memandikan mereka untuk yang terakhir kalinya seperti mereka memandikan kita di saat balita? Jangan sampai akhirnya orang mengetahui rahasia fisik yang selama hidup orangtua kita tutupi karena malu hanya dengan ketidakpahaman kita dalam memandikan jenazah.

Wahai saudara ku yang semoga Allah Ta’ala muliakan, nasihat ini berlaku juga untuk diri saya yang kurang ilmu. Saya tidak bermaksud menasihati sahabat yang berumur melebihi umur saya, sebelumnya saya mohon maaf atas nasihat saya di bawah ini. Ada baiknya bapak-ibu yang kini sudah memiliki anak, lengkapi mereka dengan keilmuan syariat dan sampaikan kepada anak-anak bapak-ibu dengan sebuah pertanyaan dan pernyataan sebagai berikut:

Tanyakan kepada anak-anak bapak-ibu, “Tidak kah kamu ingin mengurusi dan mengiringi kepulangan kami ke akhirat menuju janji Allah Ta’ala? Lengkapi dirimu dengan keilmuan syariat karena kami ingin anak kami yang berperan penting dalam proses mengurus kepulangan kami.”

Nyatakan kepada mereka, “Bantulah kami menjaga kehormatan kami hingga kamu yakin kami telah dikebumikan, jangan biarkan aurat kami dilihat oleh orang lain di hari kepulangan kami hanya karena engkau buta syariat, iringilah kepulangan kami dari dunia menuju alam akhirat sebagaimana kami iringi kedatangan kamu ke dunia dari alam rahim.” Semoga Allah Ta’ala muliakan kita dalam proses kepulangan kita dengan diiringi dengan anak-anak yang SALEH, demi Allah sungguh kita dalam keberuntungan yang berlipat-lipat jika itu terjadi. Insya Allah.

[Oleh: Maulana ishak, S.Pi alumni MSP IPB angkatan 43, Relationship Management Rumah Zakat, EX Staff Khsusu Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri, MS]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2359506/mandikanlah-jenazah-orangtuamu-sendiri-kenapa#sthash.6B0Qb9op.dpuf