Kebanyakan kebahagiaan itu difokuskan hanya pada urusan duniawi.
Dari Abu Sa’id al-Khudriy RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya dunia ini indah dan memesonakan, dan sesungguhnya Allah Taala menyerahkannya kepada kalian. Kemudian Allah akan melihat bagaimana kalian berbuat atas dunia ini. Maka berhati-hatilah dalam urusan dunia dan berhati-hatilah juga terhadap wanita.” (HR Muslim).
Hadis tersebut mengingatkan kepada kita agar berhatihati dan bersikap bijak terhadap kehidupan dunia. Tentu, setiap manusia ingin hidupnya dipenuhi dengan kebahagia an. Mereka rela melakukan apa saja untuk mendapat kan nya. Ukuran kebahagiaan bagi seseorang pastinya berbedabeda. Ada yang bahagia memiliki harta berlimpah, mempunyai anak banyak, mobil mewah, punya istri cantik, serta ada pula yang bahagia dengan hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan menggunakan harta benda.
Namun, kebanyakan kebahagiaan itu difokuskan hanya pada urusan duniawi, sesuatu yang sifatnya materiel yang suatu saat rusak, habis, dan lenyap. Allah telah memberikan perumpamaan tentang kehidupan dunia dalam Alquran. “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), perumpa maan kehidupan dunia ini, ibarat air hujan yang Kami turun kan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuhtumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS al-Kahfi: 45).
Jangan sampai salah menyikapi kehidupan dunia ini. Jika salah, bukan kebahagiaan yang datang, justru keresahan dan kesengsaraan yang akan muncul dalam diri. Bekali kehidupan ini dengan penuh keimananan dan ilmu yang cukup, agar bahagia yang didapat. Iman dan ilmu akan menuntun kita bersikap dan bertindak benar.
Salah satu sikap yang harus kita tanam adalah zuhud. Di dalam Alquran banyak disebutkan tentang zuhud di dunia, pengabaran tentang kehinaannya, kefanaan dan kemusnahannya yang begitu cepat, perintah memperhatikan kepentingan akhirat, pengabaran tentang kemuliaan dan keabadiannya. Kabar itu agar tidak menjadikan urusan dunia membuat kita lupa pada urusan akhirat yang justru lebih mulia dan abadi.
Seperti dikatakan, dari Anas RA, ia berkata, Nabi SAW bersabda: “Ya Allah, sebenarnya tidak ada kehidupan yang sesungguhnya kecuali kehidupan akhirat.” (HR Bukhari dan Muslim). Banyak orang beranggapan bahwa zuhud ialah meninggalkan semua urusan dunia, tidak mementingkan urusan dunia, dan cenderung harus miskin. Sungguh, pendapat itu keliru.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata bahwa zuhud artinya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk kepentingan akhirat. Sementara al-Junaid berkata: “Orang yang zuhud tidak gembira karena mendapatkan dunia dan tidak sedih karena kehilangan dunia.”
Sederhananya, zuhud adalah sikap tidak terikatnya hati dan jiwa kita oleh dunia. Meski memiliki banyak harta benda, tidak menjadikannya sombong. Mudah untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah dan tak segan menolong orang lain. Seseorang yang hatinya zuhud menganggap semua yang dimilikinya adalah milik Allah yang dititipkan kepadanya. Jika Allah menambah titipan-Nya, ia tak merasa gembira, jika diambil titipan-Nya (kehilangan), ia tak bersedih.
Sikap seperti itu akan menimbulkan ketenangan serta menjauhkan dari rasa khawatir dan rasa cemas yang berlebihan. Zuhud dan tidak zuhudnya seseorang itu bukan bergantung pada harta banyak atau sedikit, melainkan bergantung pada hatinya. Jika sikap zuhud sudah tertanam di hati dan jiwa, ketenangan lahir dan batin, serta kebahagiaan dunia dan lebih jauh kebahagiaan akhirat insya Allah akan kita dapat. Wallahu a’lam.
Oleh: Agu Sopian