DUNIA bisa dijadikan sarana kita untuk mendapatkan surga. Dan bisa juga dunia mengantarkan pemiliknya kepada neraka. Bila ada segolongan orang yang menghindar dari dunia sama sekali, maka ia telah berbuat yang keliru. Bahkan ia bisa terjerumus pada menganiaya diri sendiri. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam jelas berlepas diri dari yang demikian.
Tersebut dalam sebuah hadit dari sahabat Anas radliyallahu anhu, bahwa ada tiga orang pada masa Nabi yang mereka masing-masing bertekad untuk tidak menikah, tidak makan minum atau ia akan berpuasa terus menerus, dan satu orang lagi tidak akan tidur melainkan akan shalat sepanjang malam. Semua mereka lakukan dalam rangka mementingkan akhirat.
Namun apa kata Nabi shalallahu alaihi wasallam ketika menjumpai mereka bertiga? Nabi bersabda, “Benarkan kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah, dan paling takwa kepada-Nya diantara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka (tidak berpuasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, ia bukan termasuk golonganku”. Hadits mulia tersebut dalam kitab ash-shahihain.
Kenikmatan di dunia yang tidak lepas dari harta, tahta, dan wanita hendaknya bukan sama sekali tidak diambil. Maka ambillah seperlunya dan gunakan dalam rangka taat kepada Allah. Bagi siapa yang menjabat suatu jabatan, maka gunakan agar tegak syariat Allah. Dan siapa yang diberi keluasan harta oleh Allah, maka gunakan ia di jalan yang Allah ridhai. Dan menikahlah, serta pergauli isteri dengan akhlak mulia.
Sesungguhnya, untuk meraih kehidupan akhirat yang sukses, yakni surga, maka bukan dengan cara mengharamkan sama sekali dunia. Namun sebaliknya, yakni dengan menggunakan dunia yang dimiliki sebagai sarana menuju kesuksesan akhirat. [*]