Di akhir zaman, Islam akan kembali asing. Sampai-sampai kaum Muslimin tidak mengenal ajaran-ajaran agamanya sendiri. Mereka asing terhadap sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga sunnah Nabi banyak ditinggalkan oleh kaum Muslimin. Orang yang mengamalkan sunnah pun dianggap asing dan aneh. Maka di masa ketika itulah, orang yang istiqamah mengamalkan sunnah Nabi diuji kesabarannya. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”[1].
Allah ta’ala juga berfirman,
وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)”[2].
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
يأتي على النَّاسِ زمانٌ الصَّابرُ فيهم على دينِه كالقابضِ على الجمرِ
“Akan datang suatu masa, orang yang bersabar berpegang pada agamanya, seperti menggenggam bara api”[3].
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda,
بدأَ الإسلامُ غريبًا، وسيعودُ كما بدأَ غريبًا، فطوبى للغرباءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah ghuraba (orang-orang yang asing)”[4].
Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan hadis ini dengan mengatakan, “Artinya bahwa Islam dimulai dalam keadan asing sebagaimana keadaan di Mekkah dan di Madinah ketika awal-awal hijrah. Islam tidak diketahui dan tidak ada yang mengamalkan kecuali sedikit orang saja. Kemudian ia mulai tersebar dan orang-orang masuk (Islam) dengan jumlah yang banyak dan dominan di atas agama-agama yang lain.
Dan Islam akan kembali asing di akhir zaman, sebagaimana awal kemunculannya. Ia tidak dikenal dengan baik kecuali oleh sedikit orang dan tidak diterapkan sesuai dengan yang disyariatkan kecuali sedikit dari manusia dan mereka asing. Dan hadis lengkapnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فطوبى للغرباء
“Maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing”.
dan dalam riwayat yang lain,
قيل يا رسول الله ومن الغرباء؟ فقال: الذين يصلحون إذا فسد الناس
Rasulullah- shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, “Wahai Rasulullah siapa yang asing itu (al-Ghuraba)?”. Rasulullah- shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan di tengah manusia yang berbuat kerusakan”.
Dan dalam lafaz yang lain,
هم الذين يصلحون ما أفسد الناس من سنتي
”Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki sunnahku yang dirusak manusia”[5]
Orang-orang yang bisa bersabar dan tetap istiqamah di masa itu, ia akan mendapatkan pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
“Beribadah di masa haraj (sulit), seperti berhijrah kepadaku”[6].
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
المراد بالهرج هنا الفتنة واختلاط أمور الناس
“Yang dimaksud dengan al-haraj adalah fitnah (kekacauan) dan kesemrawutan perkara di tengah manusia”[7].
Bahkan orang-orang yang istiqamah ketika itu dikatakan sebagai orang yang beruntung mendapatkan surga. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
بدأَ الإسلامُ غريبًا، وسيعودُ كما بدأَ غريبًا، فطوبى للغرباءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah ghuraba (orang-orang yang asing)”[8].
Kata طوبى dalam hadis ini maknanya adalah surga. Dalam sebuah hadis disebutkan,
طوبى شجرةٌ في الجنَّةِ ، مسيرةُ مائَةِ عامٍ
“Tuba adalah pohon di surga, tingginya sepanjang perjalanan 100 tahun”[9].
Maka tidak mungkin bisa mendapatkan tuba ini kecuali orang yang masuk surga. Maka tetaplah istiqamah, dan bersabarlah. Semoga Allah memberi taufik.
Penulis: Yulian Purnama
Sumber: https://muslim.or.id/67393-mengamalkan-sunnah-nabi-ketika-banyak-yang-meninggalkannya.html