Mengapa Merasa Kesepian?

BAHWA dunia ini luas dan didiami oleh bermiliar-miliar manusia adalah fakta berdasarkan data yang tak mungkin dibantah. Bermiliar-miliar manusia itu bergerak mencari nafkah dan memenuhi kepentingan hidup lainnya. Bumi pun ramai bahkan lebih dari sekadar ramai, yakni penuh dengan hiruk pikuk dengan bermacam variasinya. Anehnya, mengapa masih ada juga manusia yang merasa kesepian dalam hidupnya, kesepian di tengah keramaian?

Mereka yang merasa kesepian adalah biasanya karena tertutup mata hatinya dari melihat banyak orang yang mondar-mandir di hadapannya. Apakah mata kepalanya tertutup juga? Tidak, mata hatinya saja yang tertutup karena menganggap yang ada hanyalah apa yang ada dalam hatinya, satu orang yang dicinta. Selain yang dicinta adalah dianggapnya tiada. Alam seluas ini dengan segala isinya seakan cukup hanya terwakili oleh satu orang yang dicinta. Akibatnya adalah bahwa saat yang dicinta itu pergi dan menghilang, maka dunia terasa gelap dan sepi baginya.

Kalau begitu, maka solusi diri agar tidak kesepian itu ada dua. Pertama adalah cinta dengan takaran atau ukuran yang sewajarnya saja. Cinta yang lebay alias berlebihan dengan melabuhkan semua harapan bahagia hanya pada seorang semata memiliki potenai untuk menjerumuskan kita pada kesepian yang menyakitkan. Obyektif saja melihat dunia sekitar bahwa ada banyak manusia di aekeliling kita yang mungkin saja menjadi sebab kita terhibur bahagia.

Tentu saya tidak mengajari para pembaca untuk mudah pindah ke lain hati, namun saya sangat tidak menganjurkan menggantungkan harapan bahagia pada seorang tertentu, bahkan kepada makhluk yang manapun. Kedua adalah puncak cinta dan kesungguhan cinta kita harus hanya pada Dzat yang tidak pernah menghilang dan meninggalkan kita, yakni Allah SWT.

Mereka yang mencintai Allah Yang Mahahidup dan Mahakekal akan senantiasa terbebas dari kesepian dalam berbagai bentuknya. Allah yang akan selalu membuat hatinya ramai dan damai dengan kebahagiaan hakiki. Inilah hakikat makna dari firmanNya: “Ingatlah selalu bahwa dengan berzikir, mengingat dan menyebut Allah maka tenang damailah hati.” Bukankah salah satu indikator cinta adalah senantiasa menyebut nama yang dicinta? Manusia yang masuk katagori ahli dzikir sungguh terlepas dari ancaman penyakit merasa sendiri, kesepian.

Merasa kesepian itu penyakit berbahaya yang lazim mengintai manusia modern. Robert Waldinger dari Harvard University menyatakan: “Rasa kesepian itu cukup dahsyat mematikan, sedahsyat merokok dan alkoholisme.” (Setiap membaca kesimpulan ini saya pasti tertawa sambil berpikir bagaimana dengan orang yang selalu merokok sendirian, dua hal berbahaya menyatu dalam satu orang. Maafkan ya para perokok) Namun, untuk membahagiakan para perokok, ijinkan saya mengemukakan hasil penelitian yang lain: “Tadhe’caretana orng mat sambi aroko’.” (Tidak ada ceritanya orang mati sambil merokok). Jangan tanya siapa yang menyatakan dan dari universitas mana.

Mari kita pupuk semangat berdzikir. Mari kita kuatkan tanaman cinta kepada Allah dalam hati kita. Mari kita sirami dan pupuk tanaman cinta itu agar tumbuh subur dan berbuah bahagia hakiki. Tahukan cara dan waktu menyiram yang baik? Tahukan pupuk yang paling cocok dan terbaik? Kita kaji bersama. Salam, AIM. [*]

oleh: KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK