Russel Webb juga merupakan tokoh Islam yang sangat berpengaruh menyebarkan dakwah.
Saat ini jumlah mualaf kulit putih di Amerika Serikat begitu banyak. Namun, siapa sebenarnya orang kulit putih pertama yang menjadi mualaf di negeri Paman Sam itu?
Dilansir di About Islam, Rabu (13/12/2023), Alexander Russel Webb merupakan orang kulit putih pertama di Amerika yang memeluk Islam. Tak hanya menjadi mualaf biasa, Russel Webb juga merupakan tokoh Islam yang sangat berpengaruh menyebarkan dakwah dan ajaran Rasulullah SAW.
Siapa dan bagaimana pengaruh kemualafan Russel Webb? Alexander Russel Webb atau yang nama lengkap Muslimnya adalah Mohammed Alexander Russel Webb, lahir di Amerika pada 9 November 1846.
Dia merupakan seorang jurnalis, penulis, penerbit, sekaligus Konsul Jenderal Amerika Serikat untuk Filipina. Ia merupakan orang kulit putih pertama Amerika yang masuk Islam, yakni pada 1889. Para sejarawan menganggapnya sebagai orang Amerika sebagai golongan awal mualaf di negeri Paman Sam.
Pada 1893, ia menjadi satu-satunya yang mewakili Islam di Parlemen Agama-Agama Dunia yang pertama. Sosok Russel merupakan seorang sastrawan dan cendekia cerdas yang menjadi tokoh krusial penyebaran Islam di Amerika Serikat.
Setelahnya, penyebaran Islam di negeri Paman Sam tersebut menemui dinamikanya tersendiri. Tofik Pram dalam buku Tujuh Mualaf yang Mengharumkan Islam menjelaskan setelah kunci pintu penyebaran Islam dibuka oleh Alexander, Islam kian ‘menggejala’ di Amerika. Orang-orang di Amerika berbondong-bondong ingin mengetahui Islam, sebagian di antara mereka pun menjadi mualaf.
Peristiwa 11 September 2001 yang sempat diduga akan membalikkan tren perkembangan Islam di negara-negara barat, khususnya Amerika, ternyata justru menjadi titik tolak keinginan masyarakat Barat untuk mengetahui Islam lebih jauh lagi. Bahkan pada saat itu, Alquran sempat menjadi bacaan paling laris yang dibeli di banyak toko buku.
Sempat muncul perlambatan jumlah orang yang memeluk Islam di Amerika selama 2002. Namun, sejak 2003, situasinya justru berbalik arah. Laju pertambahan orang yang masuk Islam malah lebih cepat. Bisa jadi ini merupakan hidayah Alquran yang makin banyak dibaca di sana.
Sangat dimungkinkan mereka yang membaca dan menelaah Alquran terbuka matanya bahwa Islam adalah rahmat alam. Islam sama sekali tak terkait dengan terorisme. Salah kaprah pemahaman Islam di Amerika adalah akses kecenderungan media massa Barat yang paling gemar menampilkan Islam sebagai seburuk-buruknya ajaran.
Paranoia itu tak bisa membekap fakta jika agama Islam justru berkembang pesat di Amerika. Tahun 2010, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memperkirakan jumlah penduduk Muslim Amerika akan melampaui jumlah kaum Yahudi di sana. Islam akan menjadi agama terbesar nomor dua di negara itu setelah Kristen.
Meski data pertumbuhan penduduk Muslim di sana masih simpang siur, namun berdasarkan berbagai sumber penduduk Muslim Amerika berada pada kisaran 5-8 juta jiwa. Antara tahun 1990-1995, sekitar 17.500 orang Amerika keturunan Afrika berpindah ke agama Islam setiap tahun. Berdasarkan data Islamic Center, orang Amerika yang masuk Islam meningkat terus selama 2001-2007.
Bahkan kini, perang antara Israel dengan Palestina banyak membuka mata publik non-Muslim internasional dalam memahami Islam. Dengan keteguhan masyarakat Palestina terhadap agama meski dibombardir Zionis, kalimat tayyibah justru kerap mereka ucapkan. Maka, non-Muslim mulai mencari-cari makna dari kalimat hasbunallah wa nikmal wakil, alhamdulillah, dan sebagainya.