Orang Arab Saudi memiliki ciri khas tersendiri dalam berpakaian karena mereka memakai kain penutup di kepala yang disebut kufiya. Istilah kufiya diterjemahkan dari bahasa Arab dengan berbagai macam pengucapan, seperti keffiyeh, kuffiyah, dan banyak lagi. Namun, semua pengucapan itu memiliki makna yang sama.
Hiasan kain di kepala ini juga memiliki serangkaian nama lain dalam bahasa Arab, yang menunjukkan identitas dan pengaruh suatu daerah. Misalnya nama Shamagh, sebuah kufiya yang dibuat dengan warna paduan merah dan putih. Nama ini sering digunakan oleh suku Badui yang banyak berada di Arab Saudi dan Yordania.
Shamagh memiliki kain yang lebih tebal, yang membuat pemakainya hangat di malam-malam gurun yang dingin. Namun, untuk shamagh Yordania, jumlah jumbainya dapat menunjukkan dari daerah mana pemakainya berasal.
Di daerah lain, kufiyah juga disebut dengan istilah ghutra. Istilah ini paling banyak digunakan di Semenanjung Arab dengan hiasan kepala serba putih. Ghutra biasanya dibuat dengan kapas kecil di bagian bawahnya yang dikenal sebagai taqiya. Dengan kapas kecil itu bentuknya akan tetap terjaga dan akan lebih mudah untuk dibuat gaya.
Chafiyeh juga menjadi nama lain dari kufiyah di Persia. Tetapi biasanya Chafiyeh dipakai seperti halnya gaya serban. Chafiyeh dibuat dengan variasi warna yang lebih banyak, seperti hijau gelap, biru tua, ungu tua, dan banyak variasi lainnya.
Jahmahdani adalah nama kufiyah yang digunakan oleh suku Kurdi. Jahmahdani biasanya dipakai dengan gaya turban, yaitu salah satu tren yang sedang diminati dalam menutupi area kepala bagi perempuan berhijab saat ini. Jahmahdani biasanya didesain dengan warna paduan hitam-putih atau merah-putih, sehingga tampak bagus.
Sebanyak 95 persen kufiya terbuat dari kapas murni, kebanyakan dari Mesir atau India, dan sebagian besar ditenun di Suriah, Palestina, dan Irak. Saat ini semakin banyak yang dibuat dalam kombinasi dengan poliester, sementara beberapa yang dibuat di India ditenun dari kasmir dan wol.
Asal-usul dan nama dari kufiya berasal dari zaman perang antara suku-suku Arab dan Persia dekat kota Irak Kufah pada awal abad ketujuh. Penyair dan sejarawan Arab, Yousef Nasser, menceritakan bagaimana sebelum pertempuran, orang-orang Arab menenun iqal, yaitu ikat kepala hitam berbahan karet yang berfungsi untuk menahan kufiya agar tetap berada di atas kepala.
Kufiya dan ikat kepala tersebut digunakan agar para pejuang Arab bisa mengenali rekan-rekan mereka. “Setelah pertempuran, banyak orang Arab menanggalkan tutup kepala mereka, tetapi mereka diberitahu, ‘teruskan sebagai pengingat kemenangan ini sampai akhir waktu,” kata Nasser.