Mengingat Kematian
Setiap manusia akan mati. Seluruh hiruk pikuk kehidupan dunianya akan berujung. Segala kesenangan yang mengisi hari-harinya. Canda bersama keluarga, dekapan hangat sang Bunda, pasangan yang sangat dicinta, buah hati yang manis tertawa, melimpahnya harta, dan keseganan orang lain karena jabatannya.
Begitu pula dengan berbagai kepiluan yang menghiasi hari-hari semasa di dunia. Ujian berupa sempitnya harta, kerja keras membanting tulang menguras tenaga, getirnya tuduhan orang atasnya, caci makian manusia, iri dengki rasa tak suka, dan berbagai kesedihan yang melanda. Seluruh kesedihan, kecemasan, dan kegalauan dunia itu akan fana, terhenti dengan kematian yang akan bersambung dengan kehidupan di fase selanjutnya. Bisa dia menjadi orang yang bahagia, namun bisa juga lebih menderita dari kehidupan di dunianya.
أكثروا ذكرَ هاذمِ اللَّذاتِ : الموتِ ؛ فإنَّه لَم يذْكُرْه أحدٌ في ضيقٍ مِن العَيشِ إلَّا وسَّعَه علَيهِ ، و لا ذَكرَه في سَعةٍ إلَّا ضيَّقَها عليهِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa melapangkannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang lapang, maka akan bisa menyempitkannya” (HR. Al-Bazzar, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Syekh Al-Albani menghasankannya sebagaimana di dalam Shahih Al-Jami’ no. 1211)
Orang yang senantiasa mengingat kematian akan merasa lebih lapang hatinya saat ada ujian yang menerpa. Dia sadari bahwa kesedihan, kecemasan dan kegalauan dunia itu tidak akan kekal abadi selama dia bertakwa kepada Allah ta’ala. Semua ujian dunia tersebut akan terputus saat kematian datang. Kehidupan setelah kematianlah kehidupan yang sesungguhnya.
Sebaliknya, orang yang senantiasa mengingat kematian tidak akan bergembira berlebihan saat dia diberi nikmat kesenangan oleh Allah ta’ala karena dia ingat bahwa seluruh kesenangan itu akan terputus saat kematian tiba. Bahkan kesenangan itu akan berganti kesedihan berlipat saat ia gunakan untuk kemaksiatan. Orang yang senantiasa mengingat kematian akan merasa qana’ah, memanfaatkan waktunya sebaik mungkin untuk mengumpulkan bekal, dan dia tak mau mati-matian mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati.
Berdoa kepada Allah ta’ala
Doa adalah terapi yang sangat bermanfaat, baik untuk pencegahan maupun pengobatan. Hendaknya seorang muslim senantiasa berdoa kepada Allah ta’ala, mengadu, merendah, dan minta dijauhkan dari kegalauan hidup kepada-Nya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu sebagai pelayan beliau telah mengabarkan keadaan dirinya saat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
كنتُ أخدُمُ النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ إذا نزلَ فكُنتُ أسمعُهُ كثيرًا يقولُ اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بِكَ منَ الهمِّ والحزنِ والعَجزِ والكَسلِ والبُخلِ وضَلَعِ الدَّينِ وغلبةِ الرِّجالِ
“Dulu aku melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, jika beliau singgah di suatu tempat, aku sangat sering mendengar beliau berdoa,
اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بِكَ منَ الهمِّ والحزنِ والعَجزِ والكَسلِ والبُخلِ والْجُبْنِ وضَلَعِ الدَّينِ وغلبةِ الرِّجالِ
‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari al-hamm (galau dengan sesuatu yang belum terjadi), al-hazn (sedih dengan sesuatu yang sudah terjadi), ketidakberdayaan, kemalasan, pelit, ketakutan, hutang yang tak bisa terbayarkan, dan ditindas oleh orang.’.”
(HR. Bukhari no.2893)
Doa ini bermanfaat untuk mencegah kegalauan sebelum terjadinya, dan kaidah dalam pengobatan adalah “pencegahan itu lebih mudah dari pada mengobati”.
Di antara hal yang paling bermanfaat adalah perhatian dengan perkara-perkara di masa depan, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam rajin berdoa dengan doa,
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ .
“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi penjaga urusanku, dan perbaikilah duniaku yang menjadi tempat kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupan ini menjadi tambahan setiap kebaikan dan jadikanlah kematian menjadi tempat istirahat dari setiap keburukan” (HR. Muslim no. 2720)
Jika kegalauan meliputi seseorang, maka ingatlah bahwa pintu doa terbuka lebar. Allah ta’ala yang Maha Mulia membuka pintu-Nya dan memberi orang yang meminta kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), ‘Aku itu dekat’. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186).
Di antara doa yang agung dalam pengobatan kegalauan adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, doa yang beliau memotivasi kita untuk mempelajari dan menghafalkannya.
مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطٌّ هَمٌّ وَلاَ حَزَنٌ فَقَالَ
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ،أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ
إِلاَّ أَذْهَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحاً
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَعَلَّمَ هَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ
قَالَ:بَلَى، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا
“Tidaklah seorang hamba tertimpa suatu kegalauan dan kesedihan kemudian dia berdoa,
‘Ya Allah, sungguh aku adalah hamba-Mu, anak hamba (laki-laki)-Mu, anak hamba (perempuan)-Mu, ubun-ubunku di tangan-Mu, telah lewat bagiku hukum-Mu, keadilan takdir-Mu bagiku. Aku meminta kepada-Mu dengan semua nama yang Engkau miliki, yang Engkau namakan diri-Mu sendiri, atau Engkau ajarkan kepada seorang dari hamba-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar Engkau jadikan al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, pelapang kesedihanku, dan penghilang kegalauanku.’
Kecuali Allah Azza Wa Jalla akan mengangkat kegalauannya dan Allah akan mengganti kesedihannya dengan kegembiraan.
Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah sebaiknya kami mempelajari rangkaian kalimat (doa) tersebut?’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Tentu. Hendaklahmuslim yang mendengar (doa dalam hadis ini) untuk mempelajarinya.’.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad 1/391 dinyatakan sahih oleh Syekh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 198)
Hadis ini mengandung pengakuan seorang hamba bahwa dia adalah milik Allah ta’ala sehingga dia pasti membutuhkan-Nya. Dalam doa ini, seorang muslim juga mengikrarkan ketundukan terhadap hukum Allah ta’ala, rida dengan takdir-Nya, dan tawassul dengan nama-nama Allah, setelah itu baru dia meminta apa yang diinginkannya.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering mengucapkan kalimat-kalimat ini saat menderita hatinya,
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ
“Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, Yang Maha Agung, Yang Maha Santun. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah Rabb Arsy Yang Agung. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah Rabb Langit, Bumi dan Arsy Yang Mulia” (HR. Bukhari no. 6346)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya jika ada sesuatu yang menyusahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau berdoa،
يَا حَيُّ يَا قَيُوم بِرَحْمَتِكَ أَستَغِيْث
Wahai Zat yang Maha Hidup, wahai Zat yang Berdiri Sendiri, dengan kasih sayang-Mu aku meminta pertolongan. (HR. Tirmidzi no. 3524, dihasankan dalam Shahih al Jami’ 4653)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan doa lainnya, sebagaimana ucapan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada Asma’ binti ‘Umais radhiyallahu ‘anha,
أَلاَ أُعَلِّمُكِ كَلِمَاتٍ تَقُولِينَهُنَّ عِنْدَ الْكَرْبِ أَوْ فِى الْكَرْبِ اللَّهُ اللَّهُ رَبِّى لاَ أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Maukah engkau (Asma’ binti ‘Umais) aku ajarkan sebuah kalimat yang bisa engkau ucapkan ketika susah?
اللَّهُ اللَّهُ رَبِّى لاَ أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
‘Allah, Allah adalah Rabbku, yang aku tidak akan menyekutukan Nya dengan sesuatu apapun’.”
(HR. Abu Dawud, kitab ash-Sholat, Bab di dalam Istigfar, di dalam Shahih Al Jami’ 2620)
Di antara doa yang bermafaat yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah doa yang disebutkan dalam sebuah hadis,
دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ : اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Doa ketika susah hati adalah
اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
‘Ya Allah, Rahmat-Mu lah yang aku harapkan, janganlah Engkau sandarkan diriku kepada diriku sendiri sekejap mata pun. Perbaikilah perkaraku seluruhnya, tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau’.”
(HR. Abu Dawud dalam kitab Al-Adab no 5090. dinilai hasan di dalam Shahih al-Jami’ 3388 dan di dalam Sahih Sunan Abi Dawud no. 4246).
Jika seorang hamba berdoa dengan doa-doa ini dengan tulus, jujur, dengan hadirnya hatinya, dan bersungguh-sungguh melakukan sebab-sebab terkabulnya doa, maka Allah ta’ala akan mengabulkan doanya. Dengan begitu kegalauannya akan pergi, berganti dengan kegembiraan.
[Bersambung]
***
Penulis: apt. Pridiyanto
Sumber: https://muslim.or.id/67494-mengobati-kegalauan-bag-3.html