BAGAIMANA cara kita mempersepsi sesuatu adalah penentu bahagia tidaknya kita dalam kehidupan. Bagaimana kita bersikap akan apapun yang terjadi adalah penentu tenang tidaknya kita dalam menjalani hidup. Responslah segala sesuatu dengan respons terbaik.
Seteguk air bisa sangat bermanfaat menghilangkan dahaga, terlalu melimpahnya air bisa bermakna banjir yang menenggelamkan dan melahirkan bahaya. Ternyata, yang lebih sedikit tidak selalu kurang bermakna dibandingkan yang banyak. Syukuri saja yang kita miliki, dan nikmati saja apa yang ada di tangan kita, maka hidup akan terasa lebih mampu membuat kita tersenyum.
Kalau kita ditakdirkan memiliki yang sedikit, syukurilah maka ia akan menjelma menjadi banyak. Minimum ia akan menjelma menjadi lebih berharga. Cara ini akan menghindarkan kita dari mengemis dan merasa terhina. Terhina itu bukan karena memiliki sesuatu yang sedikit. Terhina itu adalah saat selalu merasa kurang dengan apa yang sebenarnya sudah cukup.
Kalaulah kita ditakdirkan memiliki yang banyak, sungguh itu akan menjadi beban kalau dipikul dan dipikir sendiri. Allah selalu ada untuk membantu mengatur dan menjaganya dengan cara kita berluas dada menggunakannya untuk membantu dan membahagiakan hamba-hambaNya. Kesombongan dan ketamakan yang selalu memanas-manasi pemiliknya untuk menjadi satu-satunya yang tiada tanding hanya akan menyebabkan ketertutupan jalan menuju kebahagiaan sejati.
Ada seorang lelaki yang rajin bekerja sampai menjadi kaya. Dia tidak kawin karena takut nanti kalau mati hartanya pindah ke tangan isterinya. Dia juga tak membangun rumah mewah karena takut kalau mati nanti akan ditempati orang.
Ketika sakit menjelang kematiannya, dimakannya emas dan uang yang dimilikinya karena takut pindah ke orang lain dan kemudian menjadi lebih kaya dari dirinya. Inilah yang menjadikannya semakin cepat menuju kematiannya.
Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi