Sungguh dada kita akan berdecak kagum saat melihat para nabi begitu optimistis.
Sungguh dada kita akan berdecak kagum saat melihat para nabi dan rasul Allah begitu optimistis, teguh, dan tenang menghadapi situasi sulit, bahkan sebaliknya teramat luar biasa membahagiakan dan membanggakan. Kala harus berhadapan dengan dua pilihan ekstrem, dipenjara atau berkompromi dengan kebohongan sang majikan yang tergila-gila kepadanya, dengan mantap Nabi Yusuf AS menentukan pilihan luar biasa.
“Yusuf berkata: ‘Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan, jika tidak Engkau hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS Yusuf [12]:33-34). Kisah di atas menunjukkan, karunia Allah berupa iman dan nikmat lainnya lebih berharga daripada mengorbankannya untuk ajakan yang menistakan masa depan.
Bisa dibayangkan kalau saat ini seseorang tidak bersalah ditawarkan sebuah pilihan, membenarkan kebohongan dan selamat dari penjara serta dijanjikan beragam kedudukan, tentu boleh jadi akan mengalami situasi yang amat sulit. Jika ia sampai lupa pada nikmat iman dan Islam, pilihannya jatuh pada apa yang akan membuatnya tersungkur dalam episode hidup selanjutnya. Kisah tidak kalah menarik adalah optimisme dan energi positif yang begitu dahsyat dari seorang nabi Allah bernama Ayub AS.
Nabi Ayub mendapati keadaan hidup yang teramat berat. Allah mengujinya dengan kondisi fisik yang begitu buruk karena penyakit parah yang bersarang dalam tubuhnya. Kondisi itu menjadikannya mesti rela kehilangan istri, harta, dan anak. Namun, Nabi Ayub sadar, Allah tidak mungkin menganiaya dirinya, dengan penuh keyakinan ia berdoa, “Sesungguhnya kondisi buruk telah menimpaku, sedang Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka singkirkanlah penyakit ini dariku.”
Artinya, Nabi Ayub sadar optimisme bahwa Allah akan memberikan pertolongan lebih patut diutamakan daripada mengeluh. Itulah energi syukur yang teramat luar biasa. Dalam kondisi kehilangan, beliau tetap optimistis dan yakin dengan doa Allah pasti memberikan pertolongan.
Seperti Nabi Yusuf dan Nabi Ayub, Nabi Sulaiman adalah sosok yang pandai bersyukur. Nikmat kekayaan, kekuasaan, bahkan kecerdasan tak menjadikan ia sombong. Sebaliknya ia sangat ingin Allah memberikan energi syukur dalam dadanya. “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS an-Naml [27]: 19).
Oleh: Imam Nawawi