bahagia

Menjadi Kekasih Allah, Tak Pernah Sedih-Bingung

HARI ini saya bertemu dengan seorang kiai sepuh di desa dalam sebuah acara besar di ponpesnya, acara wisuda S1. Kiai Ilyas, nama beliau, 86 tahun usianya, tegap gaya berjalannya, jelas gaya bicaranya. Beliau bercerita bahwa beliau baru bermimpi dikabari masih akan panjang umur

Kata orang dalam mimpi itu, beliau akan meninggal usia 105 tahun. Obrolan sehabis acara itu berlangsung gayeng walau tak lama. Penasaran sekali akan rahasia sehat beliau. Jelas rahasianya istimewa karena beliau bukan orang yang mengerti gizi dan nutrisi. Rahasianya pasti selain itu.

Saat berbincang, kami membahas kembali beberapa bagian materi orasi (ceramah) yang saya sampaikan. Salah satunya adalah rahasia menjadi kekasih Allah yang tak pernah sedih dan bingung kini dan nanti. Saya kemukakan 5 syarat pokok sebagaimana disampaikan oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Syarat pertama adalah tidak memusingkan diri dengan rizki hari esok. Besok belum tiba, semuanya masih rahasia. Syukuri saja hari ini dengan mempersembahkan amln terbaik.

Begitu banyak orang yang sepanjang hidupnya dipenuhi dengan pikiran dan pekerjaan demi ekonomi besok, lusa, tahun depan dan seterusnya. Orang semacam ini biasanya banyak lupa akan Allah dan kehidupan pasca kematiannya kelak. Orang semacam ini biasanya terlalu kuat motivasi menumpuk dunia dan kurang termotivasi melepaskan sebagian dunianya untuk akhiratnya. Orang seperti ini biasanya bakhil kecuali untuk hal-hal yang akan menjadikannya dapat ganti untung lebih banyak. Tak ada keikhlasan, adanya adalah pamrih. Semoga Allah jauhkan kita dari tabiat jelek ini.

Teringatlah saya pada hadits qudsi yang menyuruh kita tenang dan tidak bercapek diri mengejar rizki karena telah ditakar dan dijatah Allah. Kita diperintah untuk serius mencapekkan diri beribadah kepada Allah karena untuk itulah kita diciptakan. Kemudian teringat juga pada hadits qudsi yang lain yang memperingatkan manusia untuk berderma, berinfak, agar anak cucunya dijaga oleh Allah SWT.

Siapa yang arogan mau menjamin sendiri rizki anak cucunya sendiri dengan berbakhil pada hamba-hamba Allah yang membutuhkan, lihat saja apa yang akan terjadi kelak. Bukankah rizki itu Allah yang mengatur?

Syarat kedua sampai kelima belum bisa saya sampaikan kali ini. Renungkan dulu yang pertama, baru kita lanjut pada yang kedua dan selanjutnya. Salam, AIM. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK