Masyarakat bagaikan bangunan kokoh. Keluarga bukan saja sebagai sendi utama dalam bangunan umat, melainkan juga inti eksistensi umat secara keseluruhan. Kekuatan atau kehancuran suatu bangsa bergantung pada kondisi keluarga. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian khusus terhadap masalah pembentukan keluarga ini.
Ayat-ayat tentang pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya dibandingkan ayat-ayat yang menerangkan masalah shalat, zakat, puasa, dan haji. Alquran memaparkan tentang keutamaan menikah, perintah menikah, pergaulan antara suami dan istri, menyusui anak, bahkan sampai masalah waris dan seterusnya.
Demikian juga Assunnah, membahas semua aspek keluarga dengan panjang lebar. Contoh, Nabi saw menganjurkan takwinul usrah dengan memilih calon mempelai yang salehah. Beliau bersabda: Pilihlah tempat untuk menyemai benihmu, nikahilah orang-orang yang se’kufu’, dan nikahkanlah kepada mereka. (HR Ibnu Majah, Al Hakim, dan Al Baihaqi).
Semua bentuk amalan yang bertujuan untuk mengokohkan keutuhan keluarga dipandang sebagai amalan utama dalam Islam, antara lain birrul walidain, sedekah terhadap karib kerabat, silaturahim, dan ishlahu dzaatil bain (menyelesaikan perselisihan keluarga). Dan sebaliknya, semua perbuatan yang mengakibatkan keretakan rumah tangga dianggap dosa besar, seperti uququl walidain (durhaka kepada kedua orang tua), memutus silaturahim, menzalimi istri dan anak. Keretakan rumah tangga inilah yang menjadi megaproyek iblis.
Dalam sebuah hadis disebutkan: sesungguhnya iblis (raja setan) membangun singgasananya di atas air kemudian mengutus balatentaranya (untuk menebar malapetaka dan dosa). Setan yang paling dekat kedudukannya dengan iblis adalah yang paling hebat menimbulkan malapetaka di antara manusia. Salah satu setan berkata, aku telah melakukan ini dan itu. Iblis menjawab, kamu belum berbuat apa-apa. Setan lainnya melapor, aku tidak biarkan manusia sampai aku ceraikan dia dari kelurganya. Maka Iblis mendekatkan setan ini seraya berkata, kamu yang paling hebat. ( HR Ahmad,’Abd bin Hamid dan Muslim dari Jabir).
Kehancuran rumah tangga merupakan proyek unggulan iblis. Dia mengajarkan sihir pada manusia, tujuan utamanya adalah menceraikan suami dari istrinya yang berujung pada keruntuhan rumah tangga. (lihat QS Albaqarah [2]:102) Bila rumah tangga berantakan, kondisi sakinah, mawadah, dan rahmah dalam keluarga menjadi musnah, pendidikan anak akan telantar dan kehidupan masyarakat akan penuh dengan kerusakan.
Rangsangan-rangsangan maksiat, yang ditebarkan pendukung setan melalui media elektronik dan cetak, sering memunculkan angan-angan bejat pada pengaksesnya sehingga menimbulkan perasaan tidak puas dengan istri yang di rumah. Hal ini bisa menyeret kepada perselingkuhan dan dosa besar. Sehingga berdampak domino menuju kehancuran rumah tangga, kerusakan masa depan remaja, serta ambruknya moralitas bangsa. Na’udzubillah min dzalik.
Oleh: Ahmad Satori