Menjemput Harapan dengan Penuh Kesabaran

JALAN-jalan menuju harapan akan dilalui dengan penuh kesabaran, begitulah tabiat orang beriman. Mereka meyakini bahwa jalan yang dilalui bagian dari skenario Ilahi. Sampainya pada harapan tak sedikit kan bertemu dengan ujian yang akan semakin menangguhkan. Sebelum Allah memberikan kemenangan, sebelum Allah memberikan kemuliaan, yang tidak diberikan kecuali kepada orang-orang mulia yang Allah pilih, karena telah teruji, dan jujur dalam jihadnya.

Mungkin kita tidak menyadarinya kalau sesungguhnya kita sedang meniti jalan menuju kemuliaan. Allah telah menyediakan bilik surga yang khusus disediakan untuk para hambaNya yang lolos ujian. Mungkin kita pernah mengalami masa-masa sulit ketika kita sedang bersenandung ikhtiar dalam kebaikan? Sebaliknya menjadi aneh, ketika kita dengan ringan kaki begitu mudahnya bila bersentuhan dengan keburukan.

Sebagai muslim, tentu kita meyakini kebenaran akan janji Allah Ta’ala dalam Alquran yang menyatakan, “Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan”. Dia nyatakan itu sampai diulang dalam QS 94:5-6. Pengulangan bukan lantaran Allah tidak bisa dipegang janjinya, tetapi justru dengan cara Allah ingin membesarkan hati manusia ketika bersahabat dengan kesusahan dan kesulitan.

“Man Jadda, wa jada”; siapa yang tekun penuh kesungguhan pasti ia berhasil, demikian salah satu peribahasa Arab yang kita dengar sejak kita masa kanak-kanak. Tekun yang berarti kita sejatinya kita merenda semua potensi dan kemampuan yang dimiliki secara maksimal untuk mengatasi segala rintangan dengan kerja keras dan kerja cerdas secara optimal terus-menerus.

Sunatullah yang boleh jadi sering kita alami. Semakin kita tekun, semakin banyak kemudahan dan energi positif yang menyebar pada lingkungan. Ya sebut saja sebagai “keberuntungan”. Jadi, mari kita biasakan bercermin pada suara hati, karena dia yang paling jujur.

Bukankah saat kita melakukan semua tindakan kebaikan dengan sepenuh hati, termasuk mengatasi berbagai ujian yang merintanginya, segalanya menjadi begitu nikmat dan indah, bukan? Dan, sebaliknya saat kita melakukan berbagai tindakan keburukan, ada suara hati yang sesungguhnya menolak, bukan?

Hasrat jiwa yang menggelora untuk membersamai anugerah akal dan hati secara maksimal demi kebaikan akan terasa menggetarkan diri, demikian pesan seorang ahli tasawuf. Getaran ini bakal mampu menggerakkan berbagai tindakan nyata dalam kehidupan, terlebih lagi saat kita mampu menaklukkan segala yang merintanginya.

Keep spirit! [Ustadz Umar Hidayat, M.Ag]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2341591/menjemput-harapan-dengan-penuh-kesabaran#sthash.fwwkT6Mc.dpuf