Mensyukuri Nikmat Allah Berupa Kekayaan

Sesungguhnya Allah Ta’ala telah membagi rezeki dengan ilmu-Nya, memberi orang yang dikehendaki dengan hikmah-Nya, menahan pemberian dari orang yang dikehendaki dengan keadilan-Nya, dan menjadikan sebagian manusia dapat mempergunakan sebagian yang lain. Firman Allah Ta’ala,

نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az-Zukhruf: 32)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menuturkan,

“Kemiskinan pantas untuk banyak orang, sementara kekayaan tidak pantas kecuali untuk sedikit orang. Oleh karena itu, orang yang banyak masuk surga adalah orang-orang miskin; karena cobaan berupa kemiskinan lebih ringan, dan dua hal tersebut berupa kekayaan dan kemiskinan membutuhkan kesabaran dan rasa bersyukur.

Akan tetapi, ketika di dalam kesenangan terdapat ketenangan jiwa dan di dalam penderitaan terdapat hal-hal yang menyakitkan. Maka, yang utama adalah bersyukur ketika berada dalam kondisi senang dan bersabar di dalam kondisi menderita.”

Banyak ayat Al-Qur`an yang menjelaskan tentang ancaman terhadap kemewahan dan orang-orang yang bergelimang dalam kemewahan, diantaranya firman Allah Ta’ala,

حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

Sehingga apabila Kami timpakan siksaan kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewah di antara mereka, seketika itu mereka berteriak-teriak meminta tolong. (QS. Al-Mu’minuun: 64)

Firman Allah Ta’ala tentang golongan orang-orang yang celaka,

إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ

Sesungguhnya mereka sebelum itu (dahulu) hidup bermewah-mewah.(QS. Al-Waaqi’ah: 45)

Firman Allah Ta’ala,

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (QS. Al-Israa`: 16)

Firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

“Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, ‘Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.” (QS. Saba`: 34)

 

sumber: Fimadani