Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad
Dari Abdullah bin Masud radiyallahu’anhu, ia berkata:
إن كان الشؤم في شيء فهو فيما بين اللحيين يعني اللسان وما شيء أحوج إلى سجن طويل من اللسان
“Seandainya kesialan itu ada, maka ia ada pada sesuatu di antara dua tulang rahang, yakni lisan. Dan tidak ada sesuatu yang lebih pantas dipenjara dalam waktu yang lama daripada lisan.” (Mushannaf Abdurrazzaq, no. 19528)
Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Adapun mengkhususkan kesialan pada suatu waktu dibanding waktu lain seperti bulan Safar, atau selainnya, maka tidaklah dibenarkan. Sesungguhnya seluruh waktu itu diciptakan oleh Allah ta’ala dan di dalamnya terjadi perbuatan anak Adam.”
Maka seluruh waktu dimana seorang mukmin disibukkan dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, maka itulah waktu yang diberkahi. Dan seluruh waktu yang mana seorang hamba sibuk dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, maka itulah waktu yang penuh kesialan. Maka, kesialan pada hakikatnya adalah (ketika) bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
Kesimpulannya, tidaklah ada kesialan kecuali karena kemaksiatan dan dosa. Maka sesungguhnya kedua hal itu yang membuat Allah ‘azza wa jalla marah. Maka, ketika Allah marah kepada hamba-Nya, hamba tersebut akan sengsara di dunia dan akhirat. Sebagaimana jika Allah meridhoi seorang hamba, hamba tersebut akan bahagia di dunia dan akhirat. Sebagian orang shalih ketika dikeluhkan tentang musibah yang menimpa manusia, orang-orang shalih tersebut berkata,
ما أرى ما أنتم فيه إلا بشؤم الذنوب
“Tidaklah aku mengira (musibah) yang terjadi pada kalian, kecuali karena kesialan akibat dosa-dosa kalian”.
Demikian juga, Abu Hazim rahimahullah berkata:
كل ما يشغلك عن الله من أهل أو مال أو ولد فهو عليك مشؤم
“Apapun yang membuat engkau lalai terhadap Allah, baik itu keluargamu, hartamu, atau anakmu, maka itu adalah kesialan bagimu.” (Lathaiful Ma’arif: 151)
Sumber https://www.al-badr.net/muqolat/6290
Penerjemah: Rafi Pohan
Artikel: Muslim.or.id