Apa, Lithuania? Negara apa dan di mana? Sampai kinipun, barangkali, banyak orang Indonesia tak punya ide, apa dan dimana negara Lithuania.
Pertanyaan yang lazim muncul adalah: Di mana tuh? Di Eropa ya? Di sebelah mana Rusia? Memang ada Muslim ya di sana? Bukannya itu negara komunis? Dan lain sebagainya.
Tak mengherankan. Lithuania nyaris tak masuk hitungan turis Indonesia yang melakukan Euro Trip. Biasanya favorit turis Indonesia adalah Prancis, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Jerman dan Swiss. Petugas counter check in di bandara Soetta saja bingung ketika saya hendak terbang ke Vilnius dengan menggunakan Thai Airways via Bangkok dan Vienna.
“Wah jarang banget pak ada pax yang mau ke Vilnius,” ujar Mbak petugas dengan ringan-nya.
Berpergian di bulan Ramadhan ke teritori yang tak jelas apakah ada Muslim ataupun tidak-nya tentunya adalah tantangan tersendiri. Apalagi disana tengah memasuki awal summer (musim panas) ala northern hemisphere dimana siang lebih panjang dan malam lebih pendek. Alias, Subuh lebih awal dan Maghrib lebih lambat.
Namun alhamdulilah, dalam tujuh hari berada di Lithuania, ternyata penulis dapat menjumpai saudara-saudara Muslim dan menyambangi masjid serta Islamic Center di tiga tempat, dua di sekitar Kota Vilnius dan satu di Kota Kaunas, yang berjarak sekitar 103 km di barat Vilnius.
Segelintir Masjid
Lithuania, atau Lietuva (dalam bahasa lokal) memang mantan jajahan Uni Soviet dalam kurun waktu 1940 – 1990. Sejarah negeri ini sendiri eksis jauh ke belakang, yaitu berdiri sejak tahun 1253 dengan wujud sebagai Kingdom of Lithuania dan kemudian Grand Duchy of Lithuania. Beberapa kali mengalami perubahan wujud sampai akhirnya tahun 1918 Lithuania dengan format negara republik ditahbiskan.
Sayangnya, kemerdekaannya hanya berumur 22 tahun, karena pada tahun 1940 Uni Soviet mengokupasi Lithuania, secara bergantian dengan NAZI Jerman, sampai dengan tahun 1990.
Keruntuhan Uni Soviet di akhir tahun 1980-an menjadi berkah bagi Lithuania, karena ia menjadi negara pertama yang memproklamirkan kemerdekaannya dari Uni Soviet di antara banyak negeri-negeri lain yang diokupasi Uni Soviet.
Lithuania, yang secara akar etimologisnya bermakna ‘hujan’ (karena memang frekuensi hujan amat sering disana), adalah salah satu negara bagian dari trio negara Baltic (karena berlokasi di tepian Laut Baltik) disamping, Latvia dan Estonia. Secara geografis Lithuania berbagi batas negara dengan Polandia di Selatan, Belarus di Timur, Latvia dan Laut Baltik di Utara, serta Russia (daerah enclave Kaliningrad Oblast di barat daya. Apabila dibandingkan dengan Indonesia, luasnya hanya lebih kecil sedikit dari Sumatera Utara dan lebih besar sedikit dari Sulawesi Tengah. Penduduknya-pun hanya 2.8 juta, alias hanya 1.07 persen saja dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 260 juta jiwa.Alias, hanya setara dengan jumlah penduduk Kota Jakarta Timur saja.
Apabila total penduduknya hanya 2.8 juta, maka bisa dibayangkan bahwa jumlah penduduk Muslim-nya adalah, tentunya, lebih kecil lagi.Dan memang demikian.Menurut Mufti Romas Jakubauskas, Mufti Lithuania, hanya ada sekitar 5000 muslim di Lithuania dan mayoritas adalah keturunan Tatar, biasa disebut sebagai Lithuanian Tatar.
Tatar adalah etnis yang berakar bahasa dari rumpun Turki dan umumnya berasal dari dua daerah, di Semenanjung Crimea (kini daerah sengketa antara Russia vs Ukraina) biasa disebut sebagai Crimean Tatar dan satu lagi adalah Volga Tatar, di daerah sekitar Volga-Ural, yang kini adalah bagian dari Republik Tatarstan (Rusia).
Selain Lithuanian Tatar, Muslim Lithuania berasal dari imigran asal Turki, Pakistan-India, Suriah, Afrika, dan Asia Tenggara (walau amat sedikit jumlahnya).
Hanya ada lima masjid di seluruh negeri, dua di sekitar Vilnius (daerah Nemezis dan Keturiasdesimtu Totoriu, satu di Raiziai (distrik Alytus- Kaunas), satu di Kota Kaunas, dan satu lagi adalah Islamic Center/ Tatar Cultural Center di Kota VILNIUS yang juga digunakan untuk shalat dan menjadi pusat ibadah Muslim antar bangsa di Kota Vilnius.
Walau jejak Muslim di Lithuania bisa ditelusuri sejak abad 15 Masehi, di era Grand Duke Vytautas, namun secara jumlah mereka stagnan. Belum lagi Lithuania mengalami ‘keterputusan’ dengan dunia luar di era okupasi Uni Soviet tahun 1940 sampai menjumpai kemerdekaan kembali tahun 1990. Hal mana berdampak juga ke komunitas Muslim-nya. Di Era Uni Soviet, banyak gereja Katolik dan juga beberapa masjid yang ditutup, dihancurkan, atau dialihfungsikan.
Islamic Cultural Center Vilnius
Pusat kegiatan Islam di Vilnius atau biasa disebut Tatar Cultural Center, menempati lantai tiga dan empat dari suatu bangunan biasa di Smolensko,g. 19 di Vilnius Selatan. Ia cukup jauh dari pusat kota Vilnius, namun cukup dekat dengan Airport Vilnius, berjarak kurang dari lima kilometer saja. Ia bukanlah masjid dan tidak disebut sebagai masjid oleh pengelolanya, namun tersedia ruang besar berkarpet di lantai empat yang memang digunakan untuk shalat sehari-hari. Sementara itu, lantai tiga digunakan untuk tempat pertemuan, tempat makan dan, dapur.
Kendati menjadi Pusat Kebudayaan Muslim Tatar, sejatinya tempat ini banyak di-support oleh pemerintah Turki. Biaya pengelolaan masjid dan penyediaan Imam bulan Ramadhan dilakukan oleh Kedubes Turki di Vilnius, disamping swadaya para jama’ah mancanegara. Dua motor Islamic Center ini antara lain Brother Belek, pria asal Kyrgistan yang bekerja di Turkish Airways, dan Brother Ibrahim, pria yang bekerja di Kedubes Turki.* (BERSAMBUNG) >>>