Hari ini (Senin, 8 Februari 2016), genap 76 hari wartawan Palestina Muhammad Al-Qiq (33) melakukan aksi mogok makan. Kini ia berada di rumah sakit HaEmek, Afula, bagian utara yang kini diklaim sebagai wilayah ‘Israel’. Hiba Masalha, pengacara dari Komisi Urusan Tawanan dan Eks-Tawanan Otoritas Palestina, mengunjungi al-Qiq pada Jumat (05/02/2016) sore di rumah sakit. Ia mengatakan bahwa al-Qiq tengah ‘berjuang melawan penjajah dengan lapar’.
“Kondisi kesehatan Muhammad al-Qiq semakin buruk. Ia benar-benar kehilangan kemampuan untuk bicara. Ia terus menderita kelelahan, pusing dan sulit bernafas akibat terus berlanjutnya aksi mogok makan dan ia menolak perawatan selama 75 hari berturut-turut,” kata Masalha kepada Quds dikutip the Electronic Intifada, Ahad (07/02/2016)
Masalha menambahkan, kondisi al-Qiq semakin parah menyusul penolakannya atas keputusan Mahkamah Agung ‘Israel’ yang ‘membekukan’ perintah penahanan administratifnya.
Kamis lalu, para hakim ‘Israel’ ‘membekukan’ penahanan al-Qiq dan memerintahkannya untuk tetap di rumah sakit HaEmek. Al-Qiq mulai melakukan mogok makan pada November lalu, tak lama setelah otoritas Zionis menangkapnya. Setelah proses interogasi, penjajah Zionis menjatuhkan penahanan administratif –hukuman penjara tak terbatas tanpa dakwaan atau sidang.
“Keputusan pengadilan merupakan penipuan,” kata Masalha. Ia menegaskan bahwa tuntutan al-Qiq adalah diakhirinya penahanannya, bukan ‘membekukan’ penahanannya yang berarti ia bisa ditangkap kembali kapan pun.” Masalha mengatakan, Wakil Direktur RS HaEmek, Dr. Tuvia Tiyosuno, memberitahunya bahwa kondisi al-Qiq terus menurun dan itu membahayakan jiwanya. Organ-organ dalam al-Qiq bisa gagal kapan pun dan ia berisiko tinggi mengalami perdarahan di otaknya. Jantungnya bisa berhenti berdetak kapan pun. “Setiap menit yang berlalu merupakan ancaman bagi jiwanya,” Masalha mengutip perkataan Tiyosuno.
Masalha mengatakan ia diminta datang ke rumah sakit oleh para dokter ‘Israel’ Jumat malam untuk membahas kondisi al-Qiq. Dalam kesempatan itu, Masalha mengungkapkan pernyataan tegas al-Qiq bahwa perawatan apapun yang akan ia terima, itu hanya jika di rumah sakit Palestina. Masalha menambahkan, berbagai upaya terus dilakukan untuk mencapai kesepakatan soal kasus al-Qiq.
Sabtu lalu, Quds TV memberitakan bahwa keluarga al-Qiq menyangkal ada kesepakatan yang telah dicapai. Organisasi-organisasi HAM dan para pejabat PBB meminta penjajah Zionis untuk mendakwa atau membebaskan al-Qiq, yang merupakan satu dari lebih 660 warga Palestina yang dijatuhi penahanan administratif. Hingga kini al-Qiq masih melanjutkan aksi mogok makan. Warga Palestina di penjuru Tepi Barat terjajah, Jalur Gaza dan wilayah yang kini diklaim sebagai ‘Israel’ pun melancarkan aksi solidaritas terhadapnya. Jumat lalu, Syeikh Raid Salah, pemimpin Gerakan Islam cabang utara di ‘Israel’, sebuah partai politik yang dinyatakan ilegal oleh penjajah Zionis pada November lalu, juga turut menjenguk al-Qiq di rumah sakit.*/Sahabat Al-Aqsha Jumat lalu, media Palestina menyebarluaskan video al-Qiq yang berada di ranjang rumah sakit sedang memegang sebuah papan bertuliskan pernyataan dalam bahasa Inggris, Ibrani dan Arab yang menegaskan ia akan terus melakukan mogok makan.