Peliknya Kehidupan Iki Saat Ayah Minggat Tidak Bertanggungjawab, Disusul Ibu Wafat

Peliknya Kehidupan Iki Saat Ayah Minggat Tidak Bertanggungjawab, Disusul Ibu Wafat

Anak pada usia sekolah seharusnya tidak harus bekerja untuk menanggung kehidupan, justru seharusnya anak harus lebih banyak menghabiskan waktu dengan belajar dan bermain bersama teman sebayanya, namun tidak semua anak memiliki keberuntungan untuk dapat menikmati waktunya dengan belajar dan bermain. Muhammad Rizky Aditya atau yang biasa disapa Iki (11 Tahun) merupakan salah satu anak yang harus bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan saja untuk dirinya namun juga untuk menanggung nenek serta ketiga adiknya.

Dilansir dari laman detik.com Iki yang berasal daro Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) harus banting tulang berjualan keripik keliling untuk menghidupi nenek dan 3 adiknya. Hal itu terpaksa dilakukan Iki setelah ayahnya, M Ferdi (31), kabur 2 tahun lalu.
Beban hidupnya sangat besar saat itu karena sang ibu, Anita Sari, sakit-sakitan dan perlu pengobatan. Hingga akhirnya sang ibu meninggal dunia pada 24 Januari 2024 lalu.

Sejak ibunya masih hidup, Iki sudah menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Dia pun berjualan keripik keliling di sekitaran Seberang Ulu II Palembang. Penghasilan yang didapat untuk hidup keluarganya sehari-hari, membayar kontrakan hingga membeli obat ibunya.

Usai ibunya meninggal pun, beban di pundaknya tak berkurang, sebab ia tetap mencari uang bahkan mengamen demi membiayai hidup nenek dan 3 adiknya yang masih kecil.

Hingga kini, rutinitas jualan keripik keliling masih dilakukan sepulang sekolah.

“Ibu Iki gak ada lagi (meninggal dunia), kalau ayah sudah kabur sejak Iki masih kelas 3. Iki biasanya mulai jualan dari pulang sekolah jam 12 siang sampai jam setengah 10 malam,” kata dia.

Hasil jualannya setiap hari, kata dia, diberikan ke nenek untuk biaya kehidupan sehari-hari dan bayar kontrakan. Bahkan ia menyisihkan uang untuk jajan adiknya.

Iki menceritakan pengalaman pahit hidupnya yang ditinggalkan ayah kabur tak diketahui keberadaannya hingga kini. Sang ayah kabur saat ibunya sakit berat.

Lalu terakhir, ayahnya datang lagi ketika sang ibu meninggal dunia. Bahkan ayahnya ingin membawa adik perempuannya untuk pergi namun berhasil dicegah neneknya.

“Iki berharap ayah bisa pulang ke rumah. Bisa berkumpul seperti dulu lagi,” pintanya.

Nenek Iki, Sa’adah mengaku Iki sudah bekerja keras mencari nafkah sejak duduk di kelas 3 SD. Saat itu, kata dia, Anita (ibu Iki) masih dalam kondisi sakit-sakitan dan perlu biaya berobat.

Iki yang berinisiatif berjualan untuk mendapatkan uang pengobatan dan beli obat ibunya.

Sa’adah mengaku ayah Iki pergi menelantarkan 4 anaknya yang masih kecil sejak 2 tahun lalu. Dia menyebut ayah Iki memiliki sifat temperamen yang tinggi, bahkan kerap kali melakukan KDRT pada ibunya Iki saat masih hidup.

“Waktu itu ibu Iki mau pergi ke dokter untuk berobat, saat dia (ibu Iki) mau pake celana panjang lalu ayah Iki menyuruh ibunya Iki pake daster, trus dia nendang ibunya Iki sampe dia numbur lemari baju,” jelasnya.

Tidak hanya itu saja, Ayah Iki juga pernah merobek seragam sekolah Iki karena memaksa anak sulungnya itu untuk berjualan dan tak sekolah.

“Ayah Iki pernah merobek baju sekolah Iki karena nyuruh dia jualan aja supaya bisa beliin dia nasi bungkus,” ucapnya.

Sa’adah mengaku status orang tua Iki sudah cerai secara agama namun belum secara hukum.

“Mereka kalo secara hukum belum cerai, tapi dari segi agama mereka sudah cerai. Cuman enggak ada surat cerainya aja,” katanya.

Dia menjelaskan ayah Iki pernah pulang kembali ke rumah kontrakannya saat ibu Iki meninggal dunia. Bahkan ayah Iki berencana membawa pergi anak keduanya, namun berhasil dihalangi keluarga.

“Ibu Iki tidak ridho dunia akhirat kalo bapaknya memisahkan mereka berempat, karena selama ini dia kemana (pergi) sampai ibunya meninggal pun masih tidak mau bertanggungjawab,” katanya.

ISLAMKAFFAH