Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah teladan bagi umat-Nya. Beliau adalah orang yang paling sempurna akhlaknya. Santun, ramah, tidak pernah berdusta kepada siapa pun. Para sahabatnya sangat menghormati beliau, bahkan musuh pun menghormatiinya.
Dalam buku Teladan Muhammad yang ditulis oleh Dr. Ahmad Hatta diceritakan seorang musuh, yaitu Heraklius pemimpin bangsa Romawi saat itu, mengakui kehebatan dan keagungan dari Rasulullah sallalllahu aaihi wasallam.
Dikisahkan dari Abu Sufyan bin Harb, “Heraklius menerima rombongan dagang Quraisy yang sedang melakukan ekspedisi dagang ke negri Syam pada masa berlakunya perjanjian antara Rasulullah sallallahu alihi wasallam dan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy.
Kemudian, kafilah dagang itu menemukan Heraklius di Eliya. Maka, Heraklius pun mengundang mereka ke istananya. Saat itu, Heraklius sedang bersama para pembesar Romawi. Heraklius memanggil rombongan dagang Quraisy dan seorang penerjemah. Keraklius berkata kepda penerjemahnya. ‘Siapa di antara kalian yang paling dekat hubungan kekelurgaanya dengan orang yang mengaku nabi itu?’”
Abu Sufyan menjawab, “Akulah orang yang paling dekat hubungan kekeluargannya dengan dirinya,”. Heraklius berkata pada penerjemahnya, ‘Dekatkanlah ia dan teman-temannya kepadaku.’ Mereka pun meletakkan orang-orang Quraisy di belakang Abu Sufyan.
Lalu, Heraklius berkata kepada penerjemahnya, ‘Katakan kepadanya, aku bertaya kepadanya tentang lelaki yang mengaku sebagi nabi itu. Jika kalian berbohong keepadaku, maka kalian orang-orang Quraisy harus mendustaknnya.’. Demi Allah, kalau bukan karena rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan padaku (kalau berbohong), pastilah aku berdusta kepadanya.’”
Heraklius bertanya lagi, ”Apakah kalian pernah mendapati ia berdusta sebelum ia menyampaikan apa yang dikatakannya itu?. Abu Sufyan menjawab, ‘Tidak pernah.’ Heraklius bertanya lagi, ‘Apakah ia pernah berlaku curang?’ Dijawab lagi oleh Ab Sufyan, ‘Tidak pernah selama kami bergaul dengannya, ia tidak pernah melakukan itu.”
Heraklius bertanya lagi, “Apakah kalian memeranginya?’ Abu Sufyan menjawab. ‘Ya.’ Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana peperangan yang terjadi di antara kalian?’ Abu Sufyan menjawab, ‘Perang yang terjadi sangat banyak. Terkadang ia mengalahkan kami dan terkadang pun kami yang mengalahkannya.’
Heraklius bertanya lagi, “Apa yag diperintahkanya kepada kalian?’ Abu Sufyan mejawab, ‘Ia berkata kepada kami untuk menyembah Allah semata, janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan nenek moyang kami. Ia juga memerinthakan kamu untuk shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, memaafkan, dan menyambung silaturahim.
Lalu, Heraklius berkata kepada penerjemahnya, ‘Seandainya semua yang kamu katakan ini benar niscahya dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini. Sungguh aku telah menduga bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tidak ada di antara kalian saat ini . seandainya aku mengetahui jalan agar dapat menemuinya, tentu aku akan berusaha keras untuk menemukannya, hingga bila aku sudah beada disampingnya, niscahya aku akan membasuh kedua kakinya…..” (HR. Bukhari)